Tema Mingguan: Jangan Berdusta
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 5:1-11

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Ada ungkapan “jangan ada dusta di antara kita”, karena pada prinsipnya tidak ada seorang pun yang ingin didustai. Dusta itu menyakitkan dan berakibat buruk yang dapat mencelakakan orang lain. Sedangkan bagi orang yang suka berdusta akan dibenci serta sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari siapa pun. Sebagaimana ungkapan mengatakan, “tidak ada yang percaya kepada pendusta, bahkan saat dia mengatakan kebenaran.” Dusta berarti bohong atau tidak benar yang dikenal dalam dunia informasi dengan hoax. Berdusta menunjuk pada perilaku jahat manusia, yang
bertentangan dengan hukum Tuhan, sebagaimana yang ditegaskan antara lain dalam Keluaran 20:16 jangan berdusta. Berdusta itu dosa, upah dosa adalah maut (Roma 6:23), dan Iblis adalah pendusta dan bapa dari semua pendusta (Yoh. 8:44).

Ironisnya dalam realitas hidup ini. ada kecenderungan orang tidak lagi merasa risih, bersalah atau berdosa saat berdusta. Berdusta sudah merasuki sendi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi ketika dusta telah nyata dalam gumul dan tantangan pelayanan gereja.

Baca Juga

Anak-anak Terang Berjaga-jagalah Dan Saling Membangunlah

Dengan begitu marilah kita belajar lagi firman Tuhan dengan tema “Jangan Berdusta” berdasarkan Kisah Para Rasul 5:1-11 yang akan memperkaya nilai-nilai kehidupan iman Kristen warga gereja dalam kehidupan setiap hari.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Memahami perikop Kisah Para Rasul 5:1-11, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara hidup jemaat mula-mula. Hidup mereka begitu mengesankan sebagai murid-murid Yesus Kristus. Mereka hidup bersama dalam satu persekutuan yang tekun berdoa dan memberitakan Injil (4:23-31) serta melaksanakan pelayanan diakonia. Pada pasal 4:32-37, disaksikan bahwa mereka sehati dan sejiwa dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri. Tetapi segala sesuatu mereka pahami sebagai kepunyaan bersama, sehingga tidak ada seorang pun yang berkekurangan. Mereka secara sukarela mendiakoniakan tanah atau ladang, dengan cara menjual dan hasilnya mereka bawa atau letakkan di depan kaki rasul-rasul. Dengan tulus hati, kemudian dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya, sebagaimana dilakukan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas.

Cerita Ananias dan Safira diangkat oleh penulis untuk memperlihatkan bahwa dalam hal pemberian diakonia oleh jemaat mula-mula, ada yang memberi seperti Barnabas. Tetapi ada juga serupa Ananias dan isterinya Safira, mereka memberi dengan maksud untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari jemaat dan Para rasul. Motivasi Ananias dan Safira hanyalah sekedar mengikuti apa yang menjadi trend, yakni ada orang menjual tanah dan memberikan hasil penjualan kepada para rasul untuk dibagikan memenuhi kebutuhan jemaat. Rupanya suami-isteri itu, tidak ingin ketinggalan, tidak mau kehilangan muka, ingin terlihat baik dan berharap mendapat pujian dari banyak orang termasuk dari para rasul. Tindakan mereka hanyalah sebuah bentuk pencitraan untuk mengejar popularitas, tetapi mereka berdusta dan tidak tutus. Mereka melakukan dengan akal bulus, tidak menyampaikan yang sebenarnya atau berbohong di hadapan Tuhan Allah dan jemaat berakibat maut seketika itu juga.

Baca Juga

Yesus Makan, Membuktikan Ia Bangkit

Cerita Ananias dan Safira sangat menarik untuk kita kaji secara mendalam terutama saat mereka berdusta di hadapan Rasul Petrus. Lebih menarik lagi untuk mengetahui bentuk dusta mereka dan konsekuensinya.

  1. Ananias dan Safira sepakat berdusta (ayat 1-2)
    Ananias dan Safira adalah bagian dari jemaat mula-mula. Oleh penulis, mereka digambarkan secara berbeda. Pada pasal 4, ada figur Barnabas, seorang yang memberi dalam keutuhan, kejujuran, ketulusan dan kemurnian hati. Berbeda dengan Ananias dan isterinya, mereka sepakat berdusta. Dikatakan bahwa “dengan setahu istrinya,” Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa di depan kaki rasul-rasul.

Frase “menahan sebagian” menggunakan kata Yunani enosfisato yang artinya put aside secretly for oneself (menyisihkan secara sembunyi-sembunyi untuk diri sendiri dengan tidak jujur). Kata ini juga dapat diartikan mengambil yang bukan haknya, menunjuk pada perilaku curang, tidak jujur, menyeleweng. Ananias dan Safira berlaku curang dan menyeleweng, karena menahan sebagian hasil penjualan tanah itu dan berdusta kepada para rasul.

“Sebagian lain” dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Kata “dibawa” berasal dari kata Yunani Enegkas yang artinya to carry, to present, to express, sedangkan kata “diletakkan” berasal dari kata Ethepen yang berarti to place, lay on, placed in the… Dua kata ini menegaskan bahwa tindakan dibawa dan diletakkannya sebagai persembahan untuk Tuhan Allah melalui para rasul.

  1. Rasul Petrus Berusaha Menyadarkan Ananias (ayat 3-6)
    Petrus berusaha menyadarkan Ananias dengan menyentuh hati dan pikirannya dalam suatu percakapan. Pertama, menyentuh hati. Petrus bertanya mengapa hatimu dikuasai iblis? Karakter Iblis adalah jahat, ia adalah bapa dari semua pendusta (Lih. Yoh. 8:44), artinya hati yang dikuasai Iblis yang membuat Ananias, “mendustai Roh Kudus”. Kata mendustai Roh Kudus (Yun. pseusasthai se to pneuma to hagion) yang berarti lie, tell what is not true, tell a falsehood. Pertanyaan Petrus hendak menyatakan berdusta itu karakter iblis, bertolak belakang dengan karakter Tuhan Allah yang tidak bisa berdusta. Sehingga dusta Ananias bukanlah kebohongan terhadap para rasul saja, tetapi kepada Tuhan Allah. Kedua, sentuhan pada pikiran. Petrus berusaha memberi pengertian agar Ananias sadar dari mindset (pola pikir) yang sesat. Pertanyaan Petrus jelas, bahwa selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah tetap dalam kuasamu? Kata tanya “bukankah” dua kali dikemukan Petrus, merupakan gaya retoris adalah majas pertanyaan yang tidak perlu dijawab, melainkan harus disadari.

Saat Petrus bertanya bisa menjadi kesempatan Ananias untuk sadar dan bertobat, untuk berkata jujur, bahwa yang benar adalah ia tidak memberikan persembahan seutuhnya berdasarkan hasil penjualan tanah itu, melainkan memberi sebagian saja, dan sebagian lagi untuk keperluan mereka. Tetapi ia diam menutupi kebenaran itu.

  1. Safira membenarkan kebohongan Ananias (ayat 7-9)
    Tiga jam setelah kematian Ananias, masuklah Safira di depan para rasul. Petrus mengkonfirmasi harga tanah yang mereka jual. Safira berdusta seperti suaminya. “Betul sekian,” jawab Safira. Kata betui sekian dari kata Yunani nai tosoutou (yes, certainly! that much). Safira dengan yakin membenarkan Petrus mempertanyakan sikap Ananias saat memberi persembahan. “Mengapa hatimu dikuasai iblis sehingga engkau mendustai Roh Kudus?”. Kata mendustai Roh Kudus (Yun. pseusasthai se to pneuma to hagion) yang berarti berbohong, tidak benar; lie, tell what is not true, tell a falsehood. Safira mendukung tindakan Ananias membohongi Tuhan Allah.
  2. Kematian Safira tindakan penghukuman Tuhan (10)
    Safira mati seperti halnya Ananias suaminya (ayat 5), itu semua terjadi karena mereka telah berdusta saat membawa persembahan. Perbuatan itu jahat di mata Tuhan Allah, sehingga mereka dihukum mati. Penghukuman Tuhan Allah merupakan pernyataan otoritas sorgawi yang tidak dapat diremehkan oleh siapa pun. Serta memberi penegasan kewibawaan pelayanan yang dilaksanakan para Rasul, bahwa mereka menjalankan pelayanan bukan atas dasar keinginan
    mereka tetapi berdasarkan kehendak Tuhan, yang memberi perintah dan kuasa dalam Roh Kudus untuk memberitakan Injil Yesus Kristus (Matius 28:18-20). Penghukuman itu adalah bentuk tindakan disiplin Tuhan Allah guna memurnikan semangat memberikan persembahan yang ada di tengah-tengah jemaat agar tidak dikotori oleh dusta.
  3. Seluruh jemaat yang mendengar sangat ketakutan. (ayat 11)
    “Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar”. Sangat ketakutan diterjemahkan dari kata Yunani egeneto (to become) lobos (fear) megas (large, great). Itulah dampak dari tindakan tegas penghukuman Tuhan Allah kepada Ananias dan Safira, mengedukasi jemaat dan semua orang yang mendengar agar mereka hidup takut akan Tuhan Allah serta hams menghargai dan menghormati pelayanan yang dilaksanakan oleh rasul-rasul. Dalam hal memberi persembahan mereka juga harus bersikap jujur dan jangan berdusta. Karena berdusta datangkan penghukuman Tuhan Allah.

Makna dan Implikasi Firman

  1. Cerita Ananias dan Safira memberi peringatan kepada kita agar jangan berdusta saat membawa persembahan bagi Tuhan Allah. Berdusta itu karakter Iblis, yang bertentangan dengan karakter Tuhan Allah yang tidak dapat berdusta. Cuma ada satu jalan bagi jemaat untuk tidak dikuasai karakter Iblis, yaitu tunduk sepenuhnya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Karena hanya Yesus Kristus yang telah menang dari godaan Iblis (Matius 4:10-11) dan mengalahkan maut.
  2. Pemberian jemaat yang dibawa dan diletakkan di depan kaki rasul-rasul, itu bukan untuk rasul-rasul tetapi dipercaya sebagai persembahan untuk Tuhan Allah. Persembahan yang diberikan dalam ibadah mesti didasarkan pada ketulusan hati, kejujuran, keikhlasan, kemurnian dan kebenaran serta tidak dengan terpaksa. Karena Tuhan Allah suka pada persembahan yang tidak bercacat cela (Imamat 3:6: 22:21) dan memberi menurut kerelaan hati dan dengan sukacita. (2 Korintus 9:7)
  3. Penghukuman Tuhan Allah bagi Ananias dan Safira, yang merupakan tindakan disiplin untuk menjaga kemurnian hati jemaat di hadirat-Nya. Ini mengingatkan gereja supaya menjaga dan memberitakan semangat pemurnian serta kejujuran bagi jemaat dalam memberi persembahan.
  4. Penegakan disiplin Tuhan Allah berdampak pada menegakkan kewibawaan pelayan Tuhan atau Pelayan Khusus dalam pelayanan gereja. Kewibawaan gereja dan pelayan khusus harus dihargai dan dihormat, baik oleh pelayan itu sendiri maupun jemaat. Karena pelayan khusus adalah petugas Tuhan. Untuk itu pelayan khusus dan anggota jemaat harus hidup takut akan Tuhan dengan mencintai kebenaran, kejujuran dan membenci dusta.

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apa yang saudara pahami tentang “Jangan berdusta” menurut Kisah Para Rasul 5:11?
  2. Mengapa seseorang tega mendustai sesamanya, bahkan tidak takut berdusta di hadapan Tuhan Allah?
  3. Bagaimana mengatasinya dan apa yang seharusnya dilakukan agar warga gereja membawa persembahan bagi Tuhan Allah dalam kemumian hati, guna menopang pelayanan pemberitaan Injil dan pelayanan diakonia?

POKOK-POKOK DOA

  1. Kiranya gereja semakin kuat dalam persekutuan, dahsyat dalam penginjilan dan maju dalam berdiakonia.
  2. Keluarga-keluarga Kristen semakin diberkati untuk mengambil peran dalam menopang pelayanan gereja.
  3. Melalui pelayanan gereja semakin banyak orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Kemuliaan Bagi Allah: KJ. No. 2.”Suci, Suci, Suci”
Doa Penyembahan: PKJ No. 19 “Mari Sembah”
Pengakuan Dosa: NKB No. 13 ” Allahku Jenguklah Diriku”
Janji Anugerah Allah: NKB No. 12 “0 Tuhanku, Kau Datang Ke Dunia”
Puji-pujian: KJ No. 46, “Besarkan Nama Tuhan”
Pembacaan Alkitab: KJ No. 49, “Firman Allah Jayalah”
Pengakuan Iman: NKB No.184 “Engkau Milikku Abadi”
Persembahan: PKJ No.146, “Bawa Persembahanmu”
Penutup : NKB No. 111 “Gereja Bagai Bahtera”

ATRIBUT
Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.