Temah Mingguan : Pergi dan katakanlah Yesus sudah bangkit

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Paskah dalam Perjanjian Lama bernafaskan kegembiraan dan sukacita karena bagi orang Israel Paskah bermakna terbebas dari perbudakan di Mesir. Selanjutnya dalam Perjanjian Baru Paskah menunjuk pada pembebasan dan penebusan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Di zaman ini, biasanya Paskah hanya sebatas seremoni yang menjadi eforia sesaat. Sebab, seiring dengan berlalunya sebuah tanggal yang dinyatakan sebagai puncak Perayaan Kebangkitan Yesus Kristus di setiap tahun, dan setelah semua perayaan seremonial usai, maka kegembiraan dan kesukacitaan turut juga berlalu dari kehidupan umat Tuhan. Realitas hidup yang harus dihadapi dan dijalani membawa umat Tuhan pada situasi yang berulang, sering diperbudak dosa dan ketiadaan harapan.

Pemberitaan tentang Yesus Kristus yang bangkit di masa raya Paskah seharusnya membawa kita pada perubahan hidup dalam mentalitas juang bersama-Nya. Tetapi pada kenyataannya, umat Tuhan banyak yang kembali meninggalkan Yesus Kristus karena kesibukkan kerja, ketakutan terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan hidup dan masa depan yang terasa tidak jelas. Selain itu kejujuran, ketulusan dan keadilan semakin hari seolah-olah menjadi barang langka.

Tema kita Minggu ini “Pergi dan katakanlah Yesus sudah bangkit” mengantar kita untuk merenungkan arti kehidupan pengikut Yesus Kristus dan jawaban-jawaban terhadap persoalan-persoalan hidup masa kini.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab(Exegese)
Matius adalah salah seorang murid Yesus Kristus yang bernama Lewi, berprofesi Pemungut Cukai yang kemudian dipanggil menjadi murid-Nya (Mat 9:9,10:3, Luk 5:27). Kitab Injil Matius ditulis sekitar tahun 60 M dan tempatnya diperkirakan di tanah Yudea. Kharakteristik Injil Matius dibandingkan dengan kitab Injil yang lain adalah narasinya lebih ringkas dan tertata. Tema Mesianik bahwa Yesus Kristus adalah Mesias atau Raja yang diurapi. Karena itu Kitab Injil ini banyak kutipan dan rujukan Perjanjian Lama. Hal ini yang memberi kesan bahwa Penulis mau menunjukkan hidup Yesus Kristus adalah menggenapi nubuatan yang tertulis dalam Perjanjian Lama: “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang orang pilihan-Ku yang kepadanya Aku berkenan (Yesaya 42:1a), Ia berkata kepadaku, “Engkaulah anak-Ku! Pada hari ini engkau Kunyatakan sebagai anak (Mazmur 2 :7b). Ciri khas ini memberikan indikasi bahwa Matius adalah seorang Yahudi yang menulis untuk orang-orang Yahudi. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa di bagian akhir tulisan Matius, diakhiri dengan catatan universalisme di mana para murid diutus untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa(ayat 19).

Matius 28:1-10, dilaporkan peristiwa tentang kebangkitan Yesus Kristus, diawali dengan menjelaskan kedatangan para perempuan yakni Maria Magdalena dan Maria yang lain untuk menengok kubur Yesus Kristus. Kata “menengok” dalam Bahasa Yunani : teoresai = melihat, menengok. Perempuan-perempuan itu hendak memastikan kalau keadaan di kubur Yesus Kristus tetap sama seperti waktu mereka melihat terakhir kalinya ketika Ia dikuburkan. Kedatangan para perempuan ke kubur Yesus Kristus hendak melaksanakan salah satu tradisi Yahudi yaitu merempah-rempahi mayat-Nya.

Sementara para perempuan berada di kubur Yesus Kristus, Tuhan Allah menyatakan kehadiran-Nya melalui gempa bumi yang dahsyat dan Malaikat turun dari langit
menggulingkan batu besar penutup kubur. Kehadiran Malaikat hendak menyatakan bahwa Yesus Kristus tidak lari dari kubur dan tidak dicuri orang (27:64,28:11-15). Setelah batu besar itu digulingkan, Malaikat itu duduk di atasnya. Hal ini meneguhkan kemenangan Yesus Kristus atas segala hal yang hendak merintangi kebangkitan-Nya, termasuk mengalahkan kuasa maut. Penampakan Malaikat Tuhan dengan wujud bercahaya bagaikan kilat, berpakaian putih bagaikan salju mengartikan kuasa kebangkitan Yesus Kristus yang besar dan kesucian dari peristiwa kebangkitan itu.

Para penjaga kubur yang dikenal sebagai prajurit yang tidak pernah gentar dan tidak mengenal rasa takut, justru menghadapi peristiwa ini menjadi ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati melihat kemuliaan sorgawi. Sesungguhnya ketakutan mereka karena melihat peristiwa orang yang mereka jaga hidup kembali dan orang-orang yang mereka tindas kembali bersemangat. Mereka ketakutan karena mereka gagal menjalankan tugas dan tidak dapat mempertangungjawabkan perintah Pilatus sebagai Wali Negeri dan Imam Besar.

Menarik untuk diperhatikan dalam perikop ini adalah ungkapan “Jangan takut” (Yunani: messobeiste) yang muncul dua kali dalam bacaan ini. Pertama oleh malaikat Tuhan (ayat 5) dan kedua oleh Yesus Kristus sendiri (ayat 10). Pernyataan “jangan takut” yang pertama yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan kepada para perempuan adalah untuk meneguhkan iman mereka, bahwa Firman-Nya telah digenapi, yaitu Dia akan mati tetapi bangkit pada hari ketiga (Matius 17 : 22 -23). Perkataan Malaikat bahwa Dia tidak ada disini, Dia telah bangkit seperti yang telah dikatakan-Nya menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup telah mengalahkan maut. Jadi tidak ada alasan lagi untuk bimbang apalagi takut.

Para perempuan itu, diberi mandat penting oleh Malaikat untuk membawa berita (menjadi saksi) dan menyampaikan kepada murid-murid bahwa kubur sudah kosong, Yesus Kristus sudah bangkit dan segera menuju ke Galilea untuk berjumpa dengan-Nya di sana.

Ungkapan “jangan takut” yang kedua disampaikan oleh Yesus Kristus kepada para Perempuan. Mengapa Yesus Kristus harus mengatakan “jangan takut” kepada kedua perempuan tersebut? Padahal mereka sudah berjumpa Yesus Kristus yang bangkit, bahkan mendengar salam-Nya (Yun “Khairete: “salam bagimu”) dan memeluk kaki Yesus Kristus serta menyembah-Nya (ayat 9)? Artinya, Yesus Kristus hendak memberi peneguhan kepada para perempuan yang mendapat tugas pemberitaan bahwa ketika Dia bangkit, lawatan-Nya senantiasa ada bagi mereka dan Dia dekat dengan umat-Nya. Yesus Kristus memahami ada rasa takut yang mendalam dari kedua perempuan itu. Terutama karena faktor sosial-budaya masyarakat di zaman Yudaisme kuno yang belum bisa menghargai dan menerima kesaksian yang diberikan kaum perempuan. Dan Yesus Kristus memahami situasi tersebut. Itulah sebabnya Dia meneguhkan mereka dengan perkataan “Janganlah takut!”. Supaya dengan tenang dan bersemangat mereka dapat melaksanakan tugas itu.

Betapa luar biasa peristiwa kebangkitan Yesus Kristus itu. Dan juga betapa suatu keistimewaan tersendiri bagi Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus yang mengalami
perjumpaan dengan Yesus Kristus yang bangkit itu.Tidak hanya berjumpa dan mengalami sukacita yang besar, tetapi juga keduanya langsung dipercayakan mengemban tugas misioner yang penting, kendati harus diperhadapkan dengan tantangan berat berupa stigmatisasi dan hambatan budaya yang berisiko kesaksiannya ditolak.

Makna dan Implikasi Firman
1. Belajar dari semangat kedua perempuan yang pagi-pagi buta sudah pergi untuk menengok kubur Yesus Kristus, kiranya antusiasme atau semangat itu juga akan tetap ada dalam diri kita di tengah dunia yang terus berubah ini. Semangat untuk berjumpa dan setia mencari Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit tidak hanya dirasakan sekarang di saat perayaan Kebangkitan-Nya atau Paskah, tetapi terus menerus mengamalkan mandat/tugas kesaksian, meski banyak tantangan.

2. Kebangkitan Yesus Kristus mengandung mandat pemberitaan. Pergi katakanlah bahwa Yesus Kristus bangkit menjadi berita penguatan, penghiburan dan kepastian hidup bagi mereka yang menderita luka batin, mereka yang lapar, haus, orang asing, yang sakit dan berada di penjara serta kepada mereka yang termarjinalisasi seperti kemiskinan, kehilangan tempat tinggal karena bencana alam dan sumber daya kehidupan atau mata pencaharian yang tidak menentu.

3. Sebagaimana perkataan Yesus Kristus kepada kedua perempuan itu, “jangan takut”, kiranya ucapan Yesus Kristus ini dapat menggema terus di telinga dan sanubari setiap orang yang sedang diliputi kekuatiran dan ketakutan, di setiap hati yang gelisah dan takut; dan kebangkitan-Nya dapat mengubah hati agar diliputi sukacita besar.

4. Ucapan “Salam bagimu!” adalah sapaan kasih Yesus Kristus untuk menyatakan kepada perempuan-perempuan itu bahwa Dia benar-benar bangkit. Itulah kiranya menjadi salam bagi semua orang percaya yang hidup di zaman ini untuk senantiasa bersukacita dan terus menjadi saksi atas peristiwa kebangkitan Yesus Kristus.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa yang saudara pahami tentang perintah ‘Pergi dan Katakanlah Yesus Kristus sudah bangkit’ menurut perikop Matius 28:1-10?
2. Mengapa tugas kesaksian tentang Kebangkitan Yesus Kristus sering menghadapi penghambatan?
3. Bagaimana mengatasi penghambatan-penghambatan kesaksian tentang Kebangkitan Yesus Kristus, khususnya dari kalangan jemaat/gereja?

NAS PEMBIMBING: Yohanes 20: 17

POKOK-POKOK DOA
1. Umat Tuhan agar tetap bersemangat mengamalkan tugas kesaksian meski banyak tantangan di tengah dunia yang terus berubah sekarang ini.
2. Umat Tuhan memaknai kebangkitan Kristus sebagai berita yang terus menerus membawa sukacita besar.
3. Agar orang-orang yang belum percaya pada Kebangkitan Yesus Kristus menjadi percaya.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI RAYA PASKAH I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Ajakan Beribadah: PKJ. No. 2 Mulia, Mulia, Nama-Nya
Nas Pembimbing: KJ.No. 193 Yesus Bangkit., Haleluya!
Pengakuan Dosa: NKB. No.12 Tuhanku, ‘Kau Datang Ke Dunia
Berita Anugerah Allah: NNBT. No.27 Ya Tuhan Engkaulah
Ajakan Untuk Mati dan Bangkit Dengan Kristus: KJ No. 202 Maut Sudah Menyerah
Persembahan: NNBT No. 20 Kami Bersyukur Pada-Mu Tuhan
Nyanyian Penutup: KJ. No. 194 Dikau Yang Bangkit Mahamulia

ATRIBUT
Warna Dasar Putih dengan Lambang Bunga Bakung dengan Salib Berwarna Kuning.(*)