Michaela juga menekankan pentingnya langkah pencegahan agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
“Kita perlu memperkuat edukasi masyarakat. Jangan mudah tergiur tawaran kerja di luar negeri yang tidak jelas. Pemerintah, gereja, tokoh masyarakat, semua harus terlibat mencegah warga kita masuk dalam jeratan sindikat perdagangan manusia,” ujarnya.
Ia menambahkan, DPRD Sulut siap membuka ruang komunikasi bagi keluarga korban TPPO lain yang mungkin belum berani bersuara. “Kita tidak boleh diam. Setiap korban adalah anak bangsa yang harus kita selamatkan,” pungkasnya.
Bagi Astuti, ucapan itu bagai cahaya di ujung lorong panjang yang gelap. Selama ini ia hanya bisa berdoa dari rumah, menunggu kabar anaknya yang setiap hari menjerit lewat pesan singkat penuh penderitaan. Kini, ada harapan yang kembali tumbuh.
Saat meninggalkan ruangan DPRD Sulut, langkah Astuti terlihat sudah sedikit ringan karena harapan di tengah ruangan yang gelap. Keyakinan kini bahwa perjuangan seorang ibu tak akan pernah sia-sia, dan bahwa anaknya suatu hari akan kembali pulang ke pelukan keluarga.
