MTPJ 19 – 25 Maret 2023 – Minggu Sengsara IV – “Ciuman Penghianatan” – Markus 14:43-52
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Penghayatan Minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus Kristus hendaknya mengantar kita untuk semakin menghayati pengorbanan Yesus Kristus. Bahwa sebelum Ia mati di kayu salib, mengorbankan nyawa-Nya, menderita sengsara, supaya orang yang percaya kepada-Nya memperoleh keselamatan, Ia begitu menderita, dicaci maki, diludahi. Sahabat-Nya, muridNya sendiri bahkan rela menjual-Nya dan meninggalkan-Nya. Dalam kenyataan sehari-hari, kita juga sering menjumpai hal yang demikian, yakni karena ingin meraih kesuksesan, keberhasilan dan prestise, terkadang kita “menjual” orang yang ada di sekitar dengan dengan cara memfitnah, mengungkapkan ujaran-ujaran kebencian dan lain sebagainya. Terkadang sikap munafik muncul, yakni ketika ada orang yang ingin dijatuhkan maka ada “tanda” yang diberikan, seperti -siapa yang duduk di sebelah kanan atau kiri, dialah yang harus dilenyapkan”, “orang yang berpakaian dengan warna tertentu”, dialah yang harus ditangkap dan lain-lain. Sahabat dekat terkadang menjerumuskan bahkan melakukan tindakan yang tidak pernah kita inginkan. Itulah juga yang terjadi dengan Yesus Kristus ketika Ia hendak disalibkan. Berkaitan dengan sahabat yang mengkhianati, maka diangkatlah tema “Ciuman Pengkhianatan” menjadi perenungan kita disepanjang minggu sengsara IV yang berjalan ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kesaksian Alkitab tentang kisah penangkapan Yesus Kristus, mati disalib, bangkit dari antara orang mati sampai naik ke sorga cukup singkat. Mengingat dari antara Inji1 Sinoptis (Matius, Markus, Lukas), Injil Markus adalah yang tertua (sekitar tahun 65-70 M). Pasal 14:1, dimulai dengan rencana membunuh Yesus Kristus di mana salah seorang murid-Nya yakni Yudas Iskariot mengkhianati Yesus (14:10- 11). Dari peristiwa inilah, maka segala rencana yang disusun dengan rapi oleh Yudas Iskariot dan imam-imam besar mulai berproses sampai akhirnya terlaksana. Dalam ayat 43-52 ditulis dengan jelas bagaimana Yesus Kristus ditangkap. Diawali dengan Yudas Iskariot yang muncul bersama dengan para prajurit ketika Yesus Kristus sedang berbicara dengan para murid-Nya (ay.43). Inilah saat yang tepat untuk menangkap Yesus Kristus, karena hal penangkapan-Nya sudah diketahui dan Ia berkata: “… Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat” (14:41b-42). Yesus Kristus mengetahui bahwa proses penangkapan-Nya sudah akan dimulai. Ia bergumul sendiri di taman Getsemani, bahkan berdoa: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambiliah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”. (14:35). Yudas Iskariot sudah memberi tahu kepada para prajurit yang bersama dengannya, bila ia mencium seseorang, maka orang itulah yang harus kamu tangkap. “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat” (ay. 14). Yudas Iskariot memakai tradisi yang umum digunakan pada masa itu bahwa mencium pipi berarti juga memberi salam dan menandakan hubungan yang akrab antara dua orang. Setelah bertemu dengan Yesus Kristus, ia menyapa “Rabi, lalu mencium Dia” dan para prajurit pun menangkap Yesus Kristus (ay. 45-46). Pada saat bersama dengan para murid-Nya, Ia berkata:” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku” (14:18).
Penangkapan Yesus Kristus juga diwarnai dengan sebuah peristiwa salah seorang pengikut-Nya memotong telinga salah seorang prajurit utusan Imam Besar, sehingga putus telinganya (ay. 47). Yesus Kristus kemudian bertindak dalam situasi ini dengan memberikan penekanan bahwa Ia bukanlah penjahat/penyamun, sehingga sekelompok prajurit harus datang menangkapnya dengan persenjataan yang lengkap (ay, 48). Padahal Yesus Kristus tiap hari ada di Bait Allah untuk mengajar, namun ternyata semua itu untuk menggenapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci. (ay. 49). Mengenai penangkapan Yesus, Ia sendiri berkata: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” (Mrk 8:31b).
Melihat Sang Guru mereka sudah ditangkap, maka tindakan para murid-Nya adalah “meninggalkan Dia dan melarikan diri” (ay. 50). Para murid sudah bersama dalam berbagai keadaan dengan Yesus Kristus. Tetapi ketika Ia ditangkap, mereka justru meninggalkan Dia sendirian. Di manakah komitmen para murid, di antaranya Petrus yang hanya berselang beberapa saat pernah mengatakan kepada Yesus Kristus, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” (14:29). Ungkapan Petrus ini lahir dari semangatnya untuk setia mengikuti Yesus, walaupun para murid yang lain mungkin mau menghindar dari kenyataan. Namun Yesus Kristus sendiri sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Petrus, yakni: “… sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (14:30). Hal ini nyata, pada saat Yesus Kristus ditangkap secara perlahan namun pasti semua murid meninggalkan Dia, termasuk Petrus. Bahkan mungkin langsung melarikan diri. Alasannya sangat jelas, mereka tidak mau juga ditangkap oleh para prajurit dan menanggung penderitaan.
Melarikan diri bukan hanya dilakukan oleh para murid Yesus Kristus saja. Ha1 yang sama juga dilakukan oleh seorang muda, ia hanya memakai sehelai kain lenan saja, begitu Yesus Kristus ditangkap, ia juga hendak ditangkap. Lelaki muda itu tanpa pikir panjang langsung melepas kain penutup tubuhnya dan lari dalam keadaan telanjang. (ay. 51-52) Ia tidak lagi memperhitungkan apakah orang lain akan menganggap dia gila, tetapi karena rasa takut akan ditangkap ia melarikan diri. Hal ini menunjukkan ketakutan yang sangat dalam, tetapi juga menggambarkan bahwa ia tidak mau terlibat bersama Yesus Kristus. Ia mungkin sudah mengalami kasih dan kuasa Yesus Kristus, tetapi ketika Yesus Kristus ditangkap ia tidak mau perduli. Ia lari dalam keadaan telanjang.
Makna dan Implikasi Firman
- Menghayati Minggu Sengsara yang keempat, kita diingatkan untuk jangan terjebak pada pementingan diri sendiri dan mengkhianati iman kepada Yesus Kristus. “Ciuman pengkhianatan” masa kini adalah ketika kita mengkhianati iman kepada-Nya dengan kawin dengan pasangan yang tidak seiman dan memeluk kepercayaan mereka. Kita yang sudah didik dan dibesarkan dalam kehidupan kekristenan akhirnya mengkhianati-Nya ketika tergoda dengan pasangan hidup yang tidak seiman dan bersedia kawin dan meninggalkan Yesus Kristus.
- Realita hidup yang sulit bahkan godaan ketenaran dan kesuksesan terkadang membuat orang mengambil jalan pintas untuk meraihnya. Mengkhianati kepercayaan atasan dengan memanipulasi data, memfitnah orang lain supaya bisa naik jabatan di perusahaan dan mendapat banyak fasilitas. Rela mengkhianati persahabatan dan keluarga tanpa peduli lagi dengan teman dan sanak saudara. Kita diingatkan untuk jangan meraih kesuksesan dengan melukai dan menyingkirkan orang lain, tetapi dengan kerja keras serta ketekunan di dalam Tuhan.
- Ciuman pengkhianatan terkadang juga muncul dalam kehidupan keluarga-keluarga Kristen. Ketika mulai meniti karier dan membangun rumah tangga, segala sesuatu dilampaui bersama baik susah maupun senang. Di saat usaha sudah sukses, karier sudah bagus bahkan menjadi petinggi di pemerintahan, swasta dan dipercayakan sebagai Pelayan Khusus, namun akhirnya jatuh dalam perselingkuhan dan rumah tangga hancur. Perceraian tidak bisa dihindari. Bagian Firman Tuhan ini mengingatkan untuk jangan berkhianat, bukan hanya kepada teman hidup saja (suami, istri) bahkan keluarga, terlebih kepada Tuhan.
- Firman Tuhan saat ini juga mengingatkan kita untuk jangan lari dari persoalan. Persoalan hidup perlu dicari jalan keluar dengan cara berdoa, mohon kekuatan dari Tuhan, meminta saran dari anggota keluarga dan Pelayan Khusus, Diaken, Penatua, Guru Agama dan Pendeta. Mereka adalah orang-orang yang ada di sekitar kita yang peduli dan yang selalu mendoakan kita. Sehingga ketika permasalahan datang kita tidak meninggalkan “pakaian” (baca: iman dan keyakinan) dan lari dalam keadaan “telanjang” (baca: menyerah secara total dan kalah oleh persoalan). Yesus Kristus sudah menderita dan mati di kayu salib dan bangkit, di dalam Dia ada kehidupan yang penuh kemenangan.
- Persahabatan yang sangat erat sekalipun ternyata tidak menjamin seseorang itu tidak akan mengkhianati temannya. Contohnya yang setiap bertemu langsung Cipika-cipiki (cium pipi kiri, cium pipi kanan), tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena ada iri hati, dengki, akar pahit yang terkadang berakibat timbulnya perbuatanperbuatan melawan hukum.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1 Apa yang dapat kita pahami tentang tema “Ciuman Pengkhianatan” dari perikop Markus 14:43-52?
- Bagaimana tindakan kita untuk memupuk rasa persaudaraan yang kuat, supaya terhindar dari saling mengkhianati satu dengan yang lain?
- Sebutkan upaya Gereja supaya warga gereja tidak mengkhianati iman kepada Yesus Kristus.
NAS PEMBIMBING: Lukas 22:48
POKOK-POKOK DOA:
- Umat Tuhan semakin menghayati makna sengsara Yesus Kristus.
- Umat Tuhan kiranya diberi kekuatan ketika mengalami godaan dan tantangan untuk tidak mengkhianati Yesus Kristus.
- Meminta pertolongan Yesus Kristus supaya dimampukan menghadapi pergumulan dan kesulitan hidup.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN: Persiapan: KJ. No.33 Suara-Mu Kudengar Ses.
Nas Pemb: KJ.No. 169 Memandang Salib Rajaku
Pengakuan Dosa: KJ.No. 467 Tuhanku Bila Hati Kawanku
Pemberitaan Anugerah Allah: Bukan Dengan Barang Fana
Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara: KJ.No. 372 Inginkah Kau Ikut Tuhan
Persembahan: NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan
Penutup: KJ.No. 424 Yesus Menginginkan Daku
ATRIBUT Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.
Tinggalkan Balasan