JELAJAHSULUT.COM-Hasil update kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulawesi Utara (Sulut) meningkat dengan catatan 143 kasus.

Trend peningkatan kasus harian mencapai 200 persen pasca libur hari raya. Padahal sebelumnya dideteksi rata-rata 5 kasus perhari, namun sesudah hari raya meningkat 15 kasus per hari.

“Pelipatgandaan kasus terjadi dengan cepat dan dalam periode waktu yang lebih pendek. Rata-rata per hari 5 kasus berlipat menjadi 10 kasus perhari dalam 21 hari,” ungkap Juru Bicara Satgas COVID-19, dr Steaven P Dandel MPH, Sabtu (03/07/2021).

Kemudian meningkat menjadi 20 kasus perhari dalam kurun waktu 12 hari,dan naik menjadi rata rata 40 kasus perhari dalam waktu 9 hari

Muncul kecurigaan fenomena tersebut disebabkan adanya penyebaran Variant of Concern (VoC), yakni Alfa,Beta, Delta dan Kappa.

“Sampai saat ini belum bisa dipastikan karena pemeriksaan genomik sequencing yang telah dikirimkan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pencegahan Penyakit Manado ke Pusat Litbangkes Kemenkes RI, sampai saat ini belum ada hasil,” ujarnya.

Akan tetapi pada beberapa cluster yang terjadi di Sangihe,Tomohon, Manado dan juga Bitung menunjukkan kecepatan transmisi yang menyerupai variant of Concern ini.

Mencermati fenomena tersebut, Satgas Covid 19 Pempov Sulut, menyatakan walaupun secara laboratorium belum ada bukti adanya keberadaan variant of Concern di Sulawesi Utara.

Tetapi perkembangan kondisi epidemiologik dan kecepatan transmisi dari beberapa kasus menunjukkan adanya kemungkinan bahwa yang sementara beredar di Sulut adalah VoC ini.

“Pola transmisi dari VoC ini berdasarkan laporan investigasi dari negara dan daerah lain di Indonesia adalah lebih cepat. Menjangkiti lebih banyak orang dan adanya kemungkinan yang sangat tinggi bahwa transmisinya bersifat aerosol/ airborne,” ungkapnya.

Penularan aerosol/airborne, sebut Dandel
adalah penularan yang disebabkan karena menghirup partikel virus yang mengambang di udara.

“Pada penularan airborne, orang yang infeksius mengeluarkan partikel virus ini lewat batuk atau bersin yang melayang di udara dan bisa bertahan sampai 16 jam. Sehingga mereka yang tidak memakai masker akan sangat mudah terinfeksi,” jelasnya.

Dengan pola transmisi seperti ini maka masyarakat dihimbau untuk menaikkan kewaspadaannya ketitik tertinggi.