MINAHASA,JELAJAHSULUT.COM-Pandemi covid-19 berdampak negatif pada sektor-sektor ekonomi masyarakat. Akibatnya, banyak usaha khususnya ekonomi kreatif masyarakat yang akhirnya gulung tikar.

Sebalilnya ada pula yang mampu bertahan dengan memanfaatkan sisa-sisa kekuatan yang ada. Seperti yang dialami Yani Kolompoy, seorang pengrajin tenun Tompaso, Kabupaten Minahasa.

Kain Tenun Tompaso. Foto JelajahSulut.com

Oleh karena itu selang setahun terakhir ini produksi kain tenun jadi lesuh. Jadi dalam sebulan dia hanya bisa memproduksi sebanyak 2 sampai 3 kain tenun itupun hanya pesanan.

Karena kondisi itu, tentu saja dia hampir putus harapan. Tapi yang perlu dicatat, dia masih punya semangat melestarikan kain tenun Tompaso.

Padahal sebelum pandemi covid-19, dalam sebulan mereka memproduksi sampai 10 kain tenun. Tentu saja kala itu, keuntungan dia bisa sampai Rp 3.000.000 sampai Rp 4.000.000 sebulan.

Pengrajin Tenun Tompaso. Foto JelajahSulut.com

Yani Kolompoy yang ditemui wartawan, Jumat (30/4/2021) mengatakan sepotong kain tenun Tompaso dihargai Rp 750.000.

“Seluruh pesanan di kerjakan sendiri dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). Tentu saja saat itu satu kali produksi untuk 10 potong kain di perlukan  5 kilogram benang,” ujar dia.

Pengarijin Tenun Tompaso. Foto JelajahSulut.com

Sebelum memiliki usaha Tenun Tompaso sendiri, dari tahun 2010 sampai 2019 dia bekerja di Yayasan Seni Budaya Padior Tompaso.

ikuti Instagram JelajahSulut.com:

“Barangkali yang terpenting harapan saya tentu saja kiranya pemerintah bisa membantu dalam pembiayan dan promosi . Oleh karena saya pengrajin kain tenun, satu satunya di Kabupaten Minahasa,” pungkas dia.

Nonton Video:

Usaha Kacang Toreh Kawangkoan