TENGA,JELAJAHSULUT.COM-Selama ini masyarakat Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) mengenal Pantai Moinit sebagai lokasi wisata yang memiliki air panas di laut.
Namun tahukah, ternyata di balik keindahan Pantai Moinit, ada sejarah panjang yang harus diketahui masyarakat terutama generasi muda Minsel sekarang.
www.jelajahsulut.com mencoba menceritakan kembali sejarah Pantai Moinit yang dipercaya hingga sekarang.
Pantai Moinit di Desa Tawaang Timur, Kecamatan Tenga merupakan markas untuk tokoh Minahasa tempo dulu yakni Opo Oraas Soputan sekitar tahun 1800-an.
Dia adalah pejuang dari Suku Minahasa dan memiliki karakter pemberani dan suka menolong. Opo Oraas Soputan inilah yang menjaga wilayahnya dari terjangan musuh yang kerap kali mengganggu daerahnya dari berbagai penjuru.
Dilihat dari artinya, Moinit berasal dari kata ‘Moongiung’. Kata ini berasal dari Bahasa Mongondow yang berarti ‘marijo torang ke atas’.
Pada tajun 1873, Moinit diserang oleh suku Mongondow. Saat itu terjadi perang hebat. Namun Opa Oraas Soputan berhasil mengusir serangan musuh.
Musuh berteriak ‘Moongiung’. Kemudian mereka lari ke arah selatan atau Desa Poigar, Kecamatan Sinonsayang, Minsel saat ini.
Yulin Tumbuan penjaga Pantai Moinit mengutarakan baru-baru ini, usai serangan tersebut, lagi-lagi Opo Oraas Soputan mendapat serangan dari suku di Filipina Selatan yakni Mangindano. Tapi berkat peran dotu ini, wilayah Moinit berhasil dipertahankan.
Sementara itu bagi pengunjung yang ingin ke sanai harus menempuh perjalanan darat dari Amurang sekitar 30 menit. Lokasi tersebut tepat berada di belakang sekolah Balai Diklat Pelayaran Minahasa Selatan.
Untuk akses ke lokasi pengunjung harus mengikuti dari jalan masuk PLTU Moinit. Sayangnya untuk sampai ke lokasi, pengunjung akan menemui akses jalan yang rusak 1 kilometer.
Yulin Tumbuan, pengelolah Pantai Moinit beberapa waktu lalu menuturkan, dulunya tempat ini ramai pengunjung. Tapi sekarang hanya ramai di hari libur saja atau akhir pekan.
Kendala utama kurangnya wisatawan yakni akses jalan menuju pantai yang rusak berat. “Dulunya jalan ini bagus, tapi karena ada proyek dan ada alat-alat besar yang masuk, maka perlahan-lahan rusak,” kata dia.
Yulin berharap agar pemerintah maupun dinas terkait memperhatikan lokasi wisata tersebut. Menurutnya beberapa turis dari Jepang dan Belanda pernah mampir di Pantai Moinit.
“Semoga ada perhatian dan jalan ini normal kembali agar pantai ramai seperti lalu,” pungkas dia.
