JELAJAHSULUT.COM-Politeknik Negeri Manado (Polimdo) terus menghadirkan inovasi guna menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat.

Melalui program Dana Padanan atau Matching Fund 2023, Polimdo berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) untuk membantu penerangan di jalanan Desa Wiau, Kecamatan Pusomaen, Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.

PLTMH yang dibangun oleh Polimdo ini berupa turbin ulir yang mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 5 hingga 100 KW. Listrik tersebut mampu mengalirkan listrik untuk 16 titik lampu penerangan di jalanan Desa Wiau.

Pengembangan turbin ulir buatan Politeknik Negeri Manado ini merupakan hasil riset bertahap yang dilakukan oleh Tineke Saroinsong bersama timnya sejak tahun 2010.

Pada tahun pertama penelitian, Polimdo berhasil menghasilkan produk prototipe mesin turbin ulir.

Dengan adanya program Matching Fund, Polimdo kemudian mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk melakukan hilirisasi produk tersebut sehingga berimbas langsung pada masyarakat.

“Dari pihak desa membantu pengadaan mesin turbin dan bangunan sipilnya. Polimdo memberikan desain bangunan sipil dan mengerjakan pembuatan turbinnya di kampus untuk dipasang di Desa Wiau,” ujar Tineke, dosen Jurusan Teknik Mesin sekaligus Wakil Direktur Bidang Akademik, Politeknik Negeri Manado.

Keunggulan teknologi turbin ulir Polimdo ini adalah dapat menghasilkan energi listrik tanpa ketinggian yang besar.

Saat digunakan yang penting dalam turbin ini adalah adanya debit air yang cukup dengan ketinggian tertentu agar kecepatan aliran air sungai dapat diubah menjadi energi mekanik turbin dan menjadi energi listrik dengan transmisi yang dibangkitkan oleh generator.

Polimdo bekerja sama dengan Pemerintah Desa Wiau dan menggandeng RESD (renewable energy skills development) dari Swiss sebagai mitra. RESD sendiri memberikan bantuan berupa Solar Panel untuk Laboratorium Praktik Energi Terbarukan di Polimdo.

“Ini adalah kerja sama triple helix yang melibatkan perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan mitra industri,” kata Tineke.

Pembuatan turbin ulir ini melibatkan mahasiswa Polimdo. Salah satunya adalah Alessandro Gaten, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado.

Melalui turbin ulir ini, Alessandro belajar tentang sistem kontrol bukaan pintu air dan mendapatkan pengenalan terhadap SCADA (supervisory control and data acquisition) yang merupakan sistem kendali industri berbasis komputer.

“Pintu airnya dikontrol oleh aquator yang akan menaik-turunkan pintu air berdasarkan output dari generator. Di SCADA akan dibaca nilainya menjadi nilai rata-rata untuk bukaan pintu air,” ujar Alessandro.

Bagi Hukum Tua (Kepala Desa) Wiau, keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini sangat membantu warga, terutama di malam hari, saat warga membutuhkan penerangan jalan.

“Ke depannya direncanakan akan ada proyek air bersih menggunakan mesin sumur bor menggunakan listrik dari PLTMH ini,” kata Jeane, Hukum Tua Desa Wiau.

Turbin Ulir Polimdo sendiri sebenarnya sudah dapat dioperasikan dengan sistem internet on things (IoT) yang sudah teruji di kampus Polimdo.

Akan tetapi, karena sinyal internet belum masuk ke Desa Wiau, pengontrolan turbin menggunakan sistem IoT ini belum dapat dilakukan.

Saat ini, sudah ada sebuah bank swasta yang melirik teknologi Politeknik Negeri Manado ini sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR) bank tersebut.

Polimdo masih melakukan riset visibility study terhadap program ini.