JELAJAHSULUT.COM-Langkah kaki Astuti Maramis siang itu terasa begitu berat. Bersama sang suami, ia menapaki halaman gedung DPRD Sulawesi Utara di jalan raya Manado–Bitung dengan wajah sendu dan mata yang sudah lama basah oleh air mata. Setiap gerakan seakan menahan beban besar, bukan hanya karena usia, melainkan karena kegelisahan yang selama ini menghantui: nasib anaknya yang masih terjebak jauh di Myanmar.

Astuti bukan datang untuk urusan pribadi yang ringan. Ia membawa doa seorang ibu yang tak pernah padam, agar anaknya bisa kembali pulang dalam keadaan selamat. Tujuannya jelas, ia ingin bertemu Wakil Ketua DPRD Sulut, dr. Michaela Elsiana Paruntu.

Begitu memasuki ruangan, Michaela menyambut dengan senyum hangat dan mempersilakan mereka duduk.

“Anak saya sudah berbulan-bulan di Myanmar. Dia bersama 14 orang warga Indonesia lain. Dari jumlah itu, 12 orang adalah anak-anak Sulawesi Utara,” kata Astuti dengan suara serak.