Bacaaan Roma 14:2-3
Di kota Roma sebagai pusat Kekaisaran Romawi, kehidupan Kekristenan berkembang cukup pesat. Rasul Paulus adalah tokoh penginjil yang sangat berperan dalam penyebaran Kabar Baik di negara Eropah itu.
Seiring dengan bertambah banyaknya orang percaya kepada Kristus, dinamika pelayanan juga semakin bervariasi dan dinamis. Umat semakin heterogen atau majemuk. Tak terkecuali berbeda dalam latar belakang suku, tradisi dan budaya. Dan, yang menonjol saat itu adalah antara pengikut Kristus keturunan Yahudi (Kristen Yahudi) dan non Yahudi yang dominan, yakni Yunani (Kristen Yunani).
“Persaingan iman” pun tak terhindarkan. Pembenaran pada kehendak sendiri merasuki dan merusaki persekutuan umat. Orang Kristen Yahudi merasa diri benar dengan ajaran dan dogmanya, yang menganggap bahwa keselamatan hanya milik mereka dan yang melakukan hukum Taurat serta tradisi mereka (Yahudi).
Antara lain soal cara beribadah, sunat dan termasuk secara khusus dalam hal makanan. Bagi mereka, tidak semua makanan boleh dimakan. Orang yang makan semua makanan, mereka anggap salah. Mereka melarang umat makan makanan yang menurut mereka najis. Baik karena jenis hewannya maupun karna cara pemotongan atau cara masaknya yang tidak halal. Mereka pun memilih hanya makan sayur saja.
Maka terjadi dikotomi antara yang merasa kuat dan dianggap lemah. Penghakiman pun terjadi. Pertentangan akhirnya menjadi realita kehidupan umat Tuhan. Sebab ada yang merasa benar dengan makan segala jenis makanan, sebaliknya ada yang haya makan sayuran saja yang dianggap lemah.
Rasul Paulus menegaskan bahwa soal iman, tidak ditentukan oleh makanan. Makanan bukanlah segalanya. Makanan bukanlah ukuran iman seseorang. Sebab makanan tidak menyelamatkan. Karena yang menyelamatkan kita bukan makanan, tapi Kristus.
Karena itu Paulus menyerukan umat agar tidak terkooptasi ataupun terjebak dan terpengaruhi pada hal-hal lahiriah seperti makanan.
Tetapi pada hal yang utama dan substantif, yakni nilai kehidupan, prilaku hidup yang mengikuti teladan Yesus dan melakukan segala pengajaran-Nya, terutama hukum kasih. Jadi, kadar iman seseorang bukan ditentukan oleh makanan.
Karena itu, siapa yang makan janganlah menghina mereka yang tidak makan. Sebaliknya, siapa yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan. Sebab, Allah melihat orang dari hati dan prilaku hidupnya setiap hari.
Demikian firman Tuhan hari ini.
“Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja.
Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.” (ay 2, 3)
Tegas bagi Paulus bahwa orang Kristen harus hidup sesuai kehendak Allah, bukan menurut penilaian pribadi maupun golongan ataupun kelompok masing-masing. Jadi nilai kehidupan Kekristenan yang sesungguhnya adalah soal hati kita yang sungguh melekat pada Kristus, yang hidup mengutamakan Dia lebih dari apapun dan siapapun. Apalagi hanya soal makanan.
Jadi yang penting bagi kita adalah melaksanakan pengajaran dan teladan Kristus. Apa yag sudah dibuat-Nya, pedomanilah itu. Apa yang diajarkan-Nya, lakukanlah itu. Kita harus melakukan itu dengan hati yang tulus dan sungguh sebagai wujud ketaatan kita kepada Kristus.
Mengapa? Karena Allah melihat hati. Dia tahu hati kita. Hati tak mungkin berdusta. Hendaklah hati kita dikuasai oleh terang sinar kasih Kristus. Sehingga hidup kita bersih dan tidak ternodai oleh hal-hal yang tidak penting, hal-hal lahiriah seperti soal makan dan atau tidak makan.
Pakailah makanan dan minuman yang kita konsumsi dan nikmati untuk menguatkan iman dan percaya kita kepada Tuhan. Bukan menjadi ukuran iman kita. Apa yang kita makan, biarlah kita arahkan untuk kemuliaan Tuhan. Dan, jika kita tidak makan, biarlah juga kita lakukan untuk hormat dan kemuliaan Tuhan.
Pakailah segala sesuatu yang kita miliki dan kita lakukan, semuanya untuk memuliakan Tuhan. Bukan untuk memuliakan makanan karena makanan tidak bernafas, apalagi berkuasa. Kristuslah yang berkuasa dan mahakuasa. Hiduplah sesuai kehendak-Nya dan lakukanlah firman-Nya dengan segenap hati. Itulah yang berkenan kepada-Nya.
Sebagai keluarga dan jemaat atau umat Kristen, makanlah makanan rohani (membaca dan melakukan firman Tuhan), bukan makanan jasmani saja. Marilah kita terus hidup menyenangkan hati Tuhan. Gunakanlah hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita tertuju untuk memuliakan Dia. Tuhan Yesus pasti menyertai dan memberkati kita dan keluarga dalam segala hal dan untuk selamanya. Amin
Doa: Tuhan Yesus, pakailah hidup kami selalu memuliakan Tuhan, bukan melekat pada makanan dan minuman yang tidak menyelamatkan. Berkatilah hidup kami selalu. Amin.
Tinggalkan Balasan