RHK Kamis, 4 Mei 2024
Jangan Menipu Diri Sendiri
1 Korintus 3:18-19
Sadar atau tidak, sengaja atau tidak, secara tidak langsung terkadang kita suka menipu diri sendiri. Benarkah? Ketika kita merasa diri sendiri benar dan berhikmat, maka saat itulah kita telah menipu diri sendiri. Bahkan hal itu sebenarnya yang sering menjadi senjata pamungkas iblis.
Iblis berusaha menggoda orang benar atau orang beriman untuk melakukan yang jahat dan dosa. Ketika iblis tak mampu mencari kesalahan kita, maka iblis akan mendorong kita merasa diri benar dan menganggap diri paling layak. Akhirnya kita jatuh dalam dosa, menjadi sombong rohani, bahkan angkuh dan tidak dapat ditegur. Ketika kita ditegur, dikoreksi atau dikritik, maka kita marah karena merasa diri yang paling benar dari yang lainnya.
Inilah yang diingatkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat mula-mula di Korintus. Paulus melihat bahwa banyak orang percaya pengikut Yesus merasa diri paling benar, dan menganggap yang lain tidak. Menganggap diri berhikmat dan orang lain bodoh. Bahkan Paulus menegaskan bahwa jika kita menganggap diri berhikmat, itu adalah kebodohan. Karena sesungguhnya, hikmat manusia adalah kebodohan di hadapan Tuhan.
Apalagi jika kita hidup tidak berhikmat dan menganggap berhikmat menurut ukuran kita. Itu adalah kemunafikan. Adalah hipokrit (munafik), jika kita mengatakan atau mengaku diri benar atau tidak berdosa, padahal jelas-jelas tidak ada satupun manusia yang tidak berdosa. Itulah yang dikritik dan diingatkan Rasul Paulus kepada kita juga saat ini. Karena itu dia meminta umat Tuhan agar tidak hidup menipu diri sendirinya sendiri. Dengan demikian kita telah berdosa baik terhadap diri kita sendiri, maupun kepada Tuhan.
Berhikmat menurut ukuran manusia, adalah kebodohan. Kepintaran dan kecerdasan manusia, adalah kebodohan. Sebab manusia mengukur hidupnya menurut cara pandangnya yang terbatas. Justeru kita disebut berhikmat ketika kita hidup dalam Tuhan. Tegasnya lagi adalah, hidup berhikmat adalah hidup takut akan Tuhan. Salah satu wujud atau bentuk hidup takut akan Tuhan adalah tidak merasa diri berhikmat dan tidak merasa diri benar atau tidak berdosa.
Orang beriman atau umat Tuhan, pengikut Kristus selalu berusaha hidup baik, takut akan Tuhan, menjauhi dosa dan terus melakukan kehendak-Nya. Bukan merasa baik, benar dan taat, meski kita telah berusaha melakukannya. Yang menilai kita baik, benar, tidak berdosa dan berhikmat adalah Tuhan. Bukan egoisme diri kita dengan segala keangkuhannya.
Ingatlah, ketika kita merasa diri benar, egoisme akan menguasainya dan kita jadi sombong serta memandang rendah dan orang lain salah. Maka janganlah kita mengukur hikmat kita menurut pandangan atau persepsi kita yang subyektif. Itulah yang dimaksudkan Paulus sebagai kebodohan di hadapan Tuhan. Jadi, milikilah hikmat dalam takut akan Tuhan, dengan tidak merasa diri berhikmat dan paling benar dari sesama. Apalagi merendahkan sesama dalam keangkuhan. Sebab hikmat dunia (manusia) adalah kebodohan bagi Allah.
Demikian firman Tuhan hari ini.
“Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.
Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: “Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.” (ay 18-19)
Merasa diri benar adalah sombong, dan sombong adalah musuh hikmat. Itu adalah awal kehancuran manusia. Maka janganlah menipu diri sendiri dengan menganggap diri berhikmat padahal itu adalah kebodohan di hadapan Allah. Jauhilah yang jahat dan lakukan yang baik dan benar tanpa merasa diri benar dan berhikmat.
Carilah Tuhan, hiduplah takut akan Dia, rendah hati dan miliki hati sebagai hamba. Itulah cara hidup orang berhikmat di dalam Tuhan. Tetapi tetap jangan merasa diri berhikmat. Biarlah yang kita lakukan dinilai oleh Tuhan, dan jika berkenan pada-Nya pasti diberkati-Nya. Karena Tuhan melihat hati dan tahu segalanya atas keberadaan hidup kita.
Jangan hidup menurut hikmat dunia. Jangan andalkan kekuatan Manusia yang terbatas. Mintalah hikmat Tuhan. Sebab Allahlah sumber hikmat itu. Bukan dunia dan manusia yang tiada berdaya. Itu adalah kebodohan dan berarti kita menipu diri sendiri. Maka janganlah tipu diri kita sendiri.
Karena itu andalkanlah Tuhan. Taat dan setialah pada-Nya lakukan segala kehendak-Nya. Tuhan pasti mengaruniakan hikmat kepada kita, sehingga kita tidak lagi menipu diri sendiri tapi hidup dalam kebenaran Allah. Pastilah kita menikmati kasih karunia dan berkat melimpah dalam hidup kita. Amin
Doa: Tuhan Yesus, jauhkan kami dari kemunafikan dan hidup menipu diri sendiri. Tapi ajarlah kami terus hidup baik, benar dan sesuai hikmat-Mu serta berkatilah kami selalu. Amin
Syalom..
Semangat hari Kamis. Jangan menipu diri sendiri, tapi hiduplah takut akan Tuhan
Salam sehat..
Tuhan Yesus memberkati bersama keluarga. Amin
Tinggalkan Balasan