Rajiv Jhosua Sahempa M.Th , M.Pd , C.MTr Selaku Sekretaris DPD PPMI Sulut dan Wakil Ketua PPI Kota Manado Menyampaikan :
Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, generasi muda Indonesia menjadi tonggak utama dalam membangun peradaban bangsa yang unggul dan bermartabat. Namun, di tengah kemajuan pesat teknologi dan globalisasi, muncul dinamika baru yang menantang pembentukan moral, karakter, dan etika pemuda, terutama dalam dunia pendidikan yang kini berada di persimpangan antara kemajuan digital dan nilai-nilai keagamaan.
Dari sisi positif, perkembangan teknologi telah memberikan banyak manfaat bagi dunia pendidikan. Pemuda Indonesia kini memiliki akses luas terhadap ilmu pengetahuan global, inovasi, dan kreativitas digital. Pembelajaran daring, kecerdasan buatan (AI), serta media sosial menjadi sarana efektif untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kompetensi.
Banyak generasi muda yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan internasional melalui pemanfaatan teknologi secara produktif.
Selain itu, sebagian besar pemuda masih menunjukkan semangat religiusitas dan nasionalisme yang tinggi. Nilai-nilai keagamaan menjadi dasar pembentukan karakter yang mendorong mereka untuk berperilaku jujur, beretika, dan peduli terhadap sesama. Dalam konteks ini, agama dan teknologi bisa berjalan berdampingan untuk memperkuat pendidikan moral dan spiritual generasi muda.
Namun, di sisi negatif, kemajuan teknologi juga membawa tantangan serius. Arus informasi tanpa batas sering membuat sebagian pemuda terjebak dalam krisis moral dan spiritual. Fenomena hedonisme digital, degradasi etika di media sosial, penurunan minat terhadap kegiatan keagamaan, serta tergerusnya nilai-nilai budaya lokal menjadi tanda bahwa tidak semua mampu memanfaatkan teknologi secara bijak.
Menurut Rajiv Jhosua Sahempa M.Th , M.Pd , C.MTr ( Pengamat Moral , Etika dan Karakter Pemuda )
“Teknologi seharusnya menjadi alat untuk memperkuat iman dan moral, bukan melemahkannya. Tanpa fondasi nilai keagamaan yang kuat, pemuda mudah kehilangan arah di tengah derasnya arus modernisasi.”
Dalam menghadapi tantangan tersebut, lembaga pendidikan dan keagamaan diharapkan dapat berkolaborasi menciptakan kurikulum yang menyeimbangkan kemajuan ilmu pengetahuan dengan pendidikan moral-spiritual.
Guru dan pemimpin rohani berperan penting dalam membimbing pemuda agar mampu menjadi generasi cerdas digital sekaligus berakhlak mulia.
Menuju Indonesia Emas 2045, sinergi antara pendidikan, teknologi, dan keagamaan harus diperkuat. Hanya dengan generasi muda yang berkarakter, beretika, dan beriman, cita-cita Indonesia untuk menjadi bangsa maju dan bermartabat dapat terwujud.
SALAM PEMUDA
