Amsal 4:1-9

(1) Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian,
(2) karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku.
(3) Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku,
(4) aku diajari ayahku, katanya kepadaku: ”Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup.
(5) Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku.
(6) Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya.
(7) Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.
(8) Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya.
(9) Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu.”

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Hikmat (KBBI: kearifan, kebijakan) adalah hal yang penting dalam hidup. Hikmat memberi kita pengetahuan tentang yang baik dan jahat, benar dan salah, kemudian menuntun kita untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam hidup. Menjalani hidup dengan hikmat membawa kita menikmati kebahagiaan, kemuliaan dan kehormatan. Mahkota dalam KBBI bisa berarti (1) hiasan di kepala raja atau ratu, (2) kekuasaan, (3) sesuatu yang dihargai atau dijunjung tinggi, (4) sesuatu yang selalu dicintai. Dalam pengertian ke-2-4 mahkota bisa diraih oleh semua orang. Namun untuk meraih mahkota bukanlah hal yang mudah karena butuh perjuangan yang didasari hikmat.

Kenyataan hidup menunjukkan bahwa ada orang yang suka meraih mahkota tapi mengabaikan hikmat. Mereka tidak menjaga integritas, melakukan hal jahat, salah dan membuat keputusan-keputusan yang bertentangan dengan Firman Tuhan dan aturan berlaku di negara ini. Pada akhirnya mereka harus mendekam dalam penjara dan mereka tidak hormati dalam Masyarakat. Oleh karena itu penting untuk mencari hikmat dan memahami nilai-nilai yang mendasari kehidupan yang benar dan baik seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Oleh karena itu di sepanjang minggu ini kita akan dituntun dalam perenungan Firman Tuhan Amsal 4:1-9 di bawah tema, “Perolehlah dan Peliharalah Hikmat.”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Eksegese)

Kitab Amsal, Ayub dan Pengkhotbah tergolong dalam kitab Sastra hikmat. Kitab Amsal (Ibr: Misyle) berisi kumpulan pepatah atau peribahasa yang memberi nasihat dan aturan tingkah laku. Melalui kitab Amsal orang Isreal akan dididik, didisiplinkan dan dikoreksi sehingga memiliki kepandaian yang bersifat teknis, praktis dan moral religius yang diterapkan dalam hidup sehari-hari.

Amsal 4 adalah bagian dari serangkaian nasihat seorang ayah kepada anaknya. Pendidikan dalam keluarga menurut tradisi Yahudi sangat pentin. Orangtua bertanggung-jawab menanamkan hikmat kepada anak-anak. Dalam konteks ini, hikmat adalah pengetahuan dan sikap hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan Allah.

Ayat 1-2, Pengamsal mengingatkan agar anak-anak mendengarkan didikan ayahnya. Dalam konteks Israel kuno, keluarga adalah tempat utama di mana pengajaran tentang kehidupan iman dilakukan. Peran seorang ayah sebagai pengajar dalam keluarga mendapat tempat yang sentral. Perintah untuk mendengarkan dan memperhatikan adalah hal penting, karena dalam budaya Yahudi, mendengar berarti juga menaati (kata ibrani “syema” berarti mendengar dengan cerdas yang berimplikasi pada perhatian, kepatuhan dan menaati). Didikan ini adalah ilmu yang baik, artinya ilmu yang benar, bermanfaat, membangun, memberikan dampak positf dalam hidup. Ilmu ini mencakup nilai-nilai moral, serta prinsip-prinsip yang datang dari Tuhan Allah. Ilmu yang baik akan memberi petunjuk agar orang lebih dekat kepada-Nya, membantu menjalani hidup yang bijaksana dan menjaga agar terhindar dari melakukan kesalahan yang akan merusak hidup.

Selanjutnya pengamsal mengingatkan “janganlah meninggalkan petunjukku.” Ini adalah suatu peringatan karena manusia punya sifat pelupa dan sering tergoda mengabaikan petunjuk-petunuk yang baik. Karena itu diingatkan semua petunjuk itu harus dihargai, dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan dilupakan dan diabaikan agar dapat mencapai tujuan hidup yang berbahagia.

Ayat 3-4, Menyatakan bahwa hikmat diwariskan dari generasi ke generasi. Ini mengingatkan kita bahwa hikmat bukanlah sesuatu yang baru diciptakan oleh setiap generasi tapi sesuatu yang diwariskan. Dalam budaya Yahudi ‘hati’ (Ibr. Leb: batin, pikiran, kehendak, hati, pengertian) adalah pusat keinginan, pikiran, pengertian dan keputusan seseorang. Ketika ayah mengatakan “biarlah hatimu memegang perkataanku” dia meminta anaknya untuk tidak hanya memahami perkataannya tapi juga menghayati dan hidup sesuai hikmat tersebut. Ini bukan hanya pengetahuan intelektual tetapi tentang penerapan yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi sangat penting sebab dikatakan apabila berpegang pada petunjuk-petunjuk maka akan menikmati kehidupan.

Ayat 5-6, Hikmat dan pengertian harus aktif diperoleh. Hikmat ibarat barang yang sangat mahal dan berharga yang membuat orang berusaha mendapatkannya. Kata “peroleh” di sini menunjukkan suatu usaha yang disengaja dan terus-menerus. Hikmat tidak akan datang secara otomatis, perlu ada pencarian aktif dan kesadaran untuk tidak lupa atau menyimpang dari ajaran yang telah diterima. Dalam konteks teologis, ini bisa diartikan sebagai panggilan untuk setia mengikuti jalan Tuhan Allah dan tidak tersesat dalam godaan atau ajaran yang salah. Kemudian hikmat digambarkan sebagai sesuatu yang aktif memelihara dan menjaga (Ibr. Shamar: Menjaga, melindungi) orang yang memilikinya. Ayat ini mengingatkan agar jangan sampai kita meninggalkan hikmat karena hikmat memberi perlindungan. Ini mencerminkan kepercayaan Yahudi bahwa hikmat adalah pelindung dalam kehidupan moral dan praktis.

Ayat 7-8, Memperoleh hikmat adalah prioritas tertinggi. Kata permulaan (Ibr. Resyit: Yang pertama, awal, hal utama) menunjukkan bahwa ini adalah langkah pertama dan terpenting dalam menjalani kehidupan yang benar. Hikmat adalah hal baik yang harus dimiliki semua orang dan fondasi dari kehidupan yang sejahtera dan benar di mata Tuhan Allah. “Dengan segala yang kau peroleh“ maknanya ialah dari semua yang kita peroleh maka biarlah hikmat dan pengertian itu menjadi milik yang utama. Ini mencakup semua usaha baik dalam pendidikan, pekerjaan ataupun relasi. Hikmat harus menjadi yang utama dalam pencapaian. Pengamsal memulai dengan nasihat “menjunjung” hikmat. Dalam Bahasa Ibrani, kata ini berarti “mengangkat tinggi” atau “memberi tempat terhormat.” Ini menunjukkan bahwa hikmat harus diberi prioritas tertinggi dalam hidup. Memiliki hikmat sebagai landasan dalam setiap keputusan dan tindakan.

Menjunjung tinggi hikmat mengandung beberapa makna: (1) Menjadikan hikmat di tempat yang utama. (2) Mencari hikmat dengan tekun melalui belajar firman, berdoa, mendengarkan nasihat orang bijak. (3) menghargai dan mengormati hikmat, tidak mengabaikan serta meremehkannya. (4) Mengandalkan hikmat dalam pengambilan keputusan. (5) Hidup taat pada hikmat. Ketika ini dilakukan maka seluruh hidup akan dipandu oleh kebijaksanaan ilahi yang membawa pada kehidupan yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan Allah. Ini mengisyaratkan bahwa hikmat bukan hanya menghasilkan hal praktis, tetapi juga membawa kehormatan dan kemuliaan. Kemuliaan yang dimaksudkan di sini bukan hanya penghargaan duniawi, tetapi kemuliaan yang datang dari hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan Allah.

Ayat 9, Hikmat digambarkan sebagai sesuatu yang memberi kehormatan seperti mahkota atau karangan bunga yang diberikan kepada pemenang atau raja. Ini menunjukkan bahwa hikmat lebih dari sekadar kebijaksanaan praktis. Hikmat membawa status, kemuliaan dan anugerah dari Tuhan Allah. Mahkota kemuliaan di sini bisa dilihat sebagai simbol kehidupan yang diberkati dan sejahtera.

MAKNA DAN IMPLIKASI FIRMAN

Orangtua memiliki tanggung-jawab besar menanamkan hikmat kepada anak-anak. Ini tidak hanya berarti mengajarkan mereka tentang hal-hal duniawi, tapi juga menanamkan nilai-nilai rohani yang akan membimbing mereka sepanjang Setiap individu terpanggil untuk secara aktif mencari hikmat. Ini bisa dilakukan melalui doa, membaca firman Tuhan, mendengarkan nasihat orang tua. Hikmat bukan suatu yang statis tapi harus dikejar dan diperoleh.
Dalam dunia yang penuh dengan pilihan yang kompleks dan tantangan moral, hikmat berfungsi sebagai pelindung yang memelihara dan Dengan memiliki hikmat kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dan terhindar dari melakukan kesalahan dan kejahatan. Hikmat tidak hanya memberikan manfaat praktis tapi juga membawa kehormatan dan kemuliaan. Ini menunjukkan bahwa hidup yang bijaksana membawa kita lebih dekat kepada Tuhan Allah dan menikmati hidup terhormat dalam keluarga, jemaat dan Masyarakat.

Hidup dalam hikmat Tuhan Allah akan senantiasa menuntun dan mengarahkan kehidupan kita sebagai orang percaya kepada kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan Allah. Kehidupan seperti itu akan berdampak ketika kita membangun relasi dan hubungan kita dengan sesama. Hanya dengan mengandalkan hikmat Tuhan Allah, kehidupan kita semakin bermutu, baik di hadapan Tuhan Allah, maupun di hadapan sesama. Bila demikian, maka ibaratnya kita mendapatkan karangan bunga dan mahkota yang indah sebagai tanda kehormatan.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

Apa yang saudara pahami tentang perolehlah dan peliharalah hikmat menurut Amsal 4:1-9?
Mengapa kita sebagai orang percaya harus hidup berdasarkan hikmat Tuhan Allah?
Bagaimana hidup yang berhikmat dalam konteks bergereja dan berbangsa saat ini?

NAS PEMBIMBING: Yakobus 1:5

POKOK-POKOK DOA

Agar setiap orangtua hidup dengan hikmat dan mengajarkan hikmat kepada anak-anak sebagai bentuk cinta kasih kepada anak-anak.
Agar setiap anak mau memberi diri untuk mendengar nasihat dan pengajaran
Agar pelayan gereja dan pelayan masyarakat hidup menjadi teladan dalam hal melakukan hikmat sehingga berdampak dalam pelayanan di tengah jemaat dan masyarakat.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN HARI MINGGU BENTUK I

NYANYIAN YANG DIUSULKAN

Panggilan Beribadah: KJ No. 21 “Hari Minggu Hari Yang Mulia”

Ses Nas Pembimbing: NKB No. 3 “Terpujilah Allah”

Pengakuan Dosa: NNBT No.10 “Ya Tuhan Yang Kudus”

Pemberitaan Anugerah Allah: DSL 133 “Ni’mat Maha Tuhanku”

Hukum Tuhan: NKB No.14 “Jadilah Tuhan Kehendak-Mu”

Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 49 “Firman Allah Jayalah”

Persembahan: PKJ No.146 “Bawa Persembahanmu”

Nyanyian Penutup: NKB No. 197 “Besarlah Untungku”

ATRIBUT Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang(*)