Diskusi “Peran Tokoh Gereja di Pemilu 2024” dalam studi meeting Persatuan Intelegensi Kristen Indonesia (PIKI) Minsel yang berlangsung di Lantai IV Kantor Bupati Minsel, Selasa (30/05)
JELAJAHSULUT.COM-Pengamat Politik Universitas Sam Ratulangi Manado Ferry Daud Liando menilai pentingnya sikap netralitas tokoh agama dalam menjaga kondusifitas jelang pemilu 2024.
Hal itu ditegaskan akademisi yang memiliki concern yang tulen dan konsisten terhadap isu-isu kepemiluan dan kajian demokrasi, saat tampil memberikan materi “Peran Tokoh Gereja di Pemilu 2024” dalam studi meeting Persatuan Intelegensi Kristen Indonesia (PIKI) Minsel yang berlangsung di Lantai IV Kantor Bupati Minsel, Selasa (30/05) sore tadi.
Dalam paparannya Liando menyebutkan salah satu fenomena yang berpotensi akan terjadi pada pemilu 2024 adalah konflik.
Untuk mengatasi efek konflik itu diperlukan peran penting tokoh-tokoh gereja.
“Mereka harus menjadi peredam jika konflik tidak bisa di cegah. Agar tokoh agama efektif dapat meredam konflik maka diharapakan mereka harus netral dalam pemilu,” ungkap Liando.
Menurutnya potensi konflik dalam pemilu bisa terjadi karena jumlah kursi yang akan diperebutkan tidak sebanding dengan jumlah calon.
Semua calon berusaha untuk menang apalagi biaya kampanye sangat mahal.
Berbagai cara dilakukan, termasuk membujuk dan berusaha mempengaruhi para pemilih dan pendukung.
Ketua Bidang Pemilu dan Demokrasi DPP PIKI itu, mengatakan pemilih pemilu yang cenderung pragmatis, menyebabkan pihak yang berbeda sikap politik selalu dianggap musuh.
Pengalaman pemilu 2019, perbedaan dukungan kerap memunculkan konflik.
Apalagi sebagian calon diduga melakukan tindakan adu domba.
Untuk mengatasi efek konflik itu kata Laindo, diperlukan peran penting tokoh-tokoh gereja.
Liando mengajak tokoh-tokoh agama harus menjadi peredam dan penyejuk efek konflik yang ditimbulkan dalam dinamika pemilu.
Tak ada cara lain, agar tokoh agama efektif dapat meredam konflik maka diharapakan harus netral dalam pemilu.
“Jika tokoh gereja menjadi tim pendukung calon maka hal yang bisa terjadi adalah mereka akan sulit menjadi mediator yang baik atau bahkan memicu konflik baru,” nilai Liando.
Di bagian akhir paparannya, akademisi yang diketahui merupakan pejuang pemekaran Kabupaten Minahasa Selatan itu, menyebutkan tokoh gereja itu banyak pengikut atau jemaat.
Nah, sudah pasti para pengikut itu memiliki ragam pilihan. Pilihan-pilihan yang berbeda itu, jangan dipaksa harus sama. Apalagi harus sejalan dengan pilihan tokoh gereja.
“Penting tokoh-tokoh gereja itu untuk membangun komitmen menjaga kedamaian dan keharmonisan,” ajaknya.
Diketahui studi meeting ini merupakan rangkaian konfrensi cabang PIKI Minsel yang dibuka langsung oleh Bupati Frangky Wongkar. Selain Ferry Liando, tampil juga narasumber lainnya Goingpeace Tumbel yang merupakan sekretaris PIKI Sulut.
Tinggalkan Balasan