KETIKA Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar memutuskan memperpanjang masa jabatan Christiany Eugenia Paruntu (CEP) sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Utara, keputusan itu tidak datang dari ruang hampa. Ia lahir dari dinamika politik internal partai yang kompleks, dan dari kesadaran bahwa kepemimpinan di Sulut membutuhkan figur yang telah teruji menghadapi gelombang—bukan hanya menumpangi arus.
Surat Edaran DPP bernomor SE/DPP/GOLKAR/1/2025 yang menegaskan perpanjangan masa bakti kepengurusan hingga Musda ditetapkan, menjadi semacam pernyataan diam bahwa DPP masih menaruh kepercayaan pada sosok CEP. Bukan sekadar sebagai pelaksana jabatan, tapi sebagai figur pemersatu yang mampu menjaga stabilitas partai di tengah suhu politik yang terus memanas.
Mendengarkan suara-suara dari akar rumput partai—terutama para Ketua DPD II di berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Utara—kita akan menemukan fakta yang senada: CEP bukan hanya diterima, tapi diharapkan untuk kembali memimpin. Loyalitas mereka bukan karena ikatan personal, melainkan karena pengalaman panjang CEP dalam membawa Partai Golkar tetap eksis dan relevan di berbagai momentum politik, baik daerah maupun nasional.
Dalam konteks politik daerah yang kadang penuh intrik dan manuver, kehadiran pemimpin seperti CEP menjadi penting. Beliau dikenal low profile namun tegas, mengedepankan kerja nyata ketimbang pencitraan, dan memiliki akses politik yang mumpuni di level pusat. Ini adalah modal yang sangat dibutuhkan dalam menyusun kekuatan partai menghadapi berbagai agenda politik ke depan, termasuk Pilkada serentak dan Pemilu nasional berikutnya.
Perpanjangan jabatan ini semestinya tidak dibaca sebagai penundaan regenerasi, tapi sebagai upaya menjaga kesinambungan kepemimpinan. Toh, Musda akan tetap digelar. Dan ketika saat itu tiba, semua kader akan diberi ruang untuk maju dan berkompetisi secara sehat.
Namun, sampai Musda itu ditetapkan, kita tidak bisa menutup mata bahwa CEP masih menjadi poros utama dalam peta kekuatan Partai Golkar Sulut. Ia belum selesai, dan yang lebih penting: Golkar Sulut tampaknya belum siap tanpa dirinya.
Sebuah opini menjelang Musda Golkar Sulut
Penulis: Andrew A Pattymahu
