Oleh: Nancy Mandey

Dosen Politeknik Negeri Manado Jurusan Administrasi Bisnis, Program Studi Manajemen Pemasaran

BELAKANGAN ini, strategi pemasaran internal yang menganggap karyawan sebagai “konsumen internal” untuk membangun motivasi, komitmen, dan peran sebagai brand ambassador tidak lagi menjadi monopoli perusahaan besar.

Pendekatan ini mulai diterapkan oleh berbagai jenis organisasi, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pertanyaan yang muncul adalah: apakah strategi pemasaran internal layak dan perlu diimplementasikan oleh UMKM di Sulawesi Utara?

Tulisan ini mengambil topik secara komprehensif, meliputi konsep dasar, keuntungan, hambatan implementasi dalam konteks UMKM Sulawesi Utara, disertai dengan data empiris, studi kasus, dan rekomendasi praktis bagi pelaku UMKM.

  1. Konsep Pemasaran Internal dan Relevansinya bagi UMKM
    Pemasaran internal merupakan strategi manajemen yang menempatkan karyawan sebagai konsumen internal yang perlu “dipuaskan” organisasi melalui komunikasi efektif, program pelatihan, pemberian motivasi, dan penciptaan lingkungan kerja yang mendukung, sehingga mereka mampu memberikan layanan optimal kepada konsumen eksternal. Sasaran utamanya adalah menciptakan keselarasan antara visi, nilai-nilai, dan tindakan karyawan dengan strategi pemasaran organisasi agar komitmen merek kepada pelanggan dapat direalisasikan secara berkelanjutan.
    Walaupun sebagian besar riset menunjukkan bahwa pemasaran internal berasal dari perusahaan layanan dan korporasi besar, studi-studi mutakhir membuktikan adanya korelasi positif antara implementasi pemasaran internal, pengembangan SDM, dan performa organisasi – mencakup peningkatan produktivitas dan kepuasan konsumen – yang juga berlaku untuk usaha skala kecil. Riset mengenai keterkaitan pengembangan SDM dan efektivitas organisasi memperlihatkan bahwa pemasaran internal dapat memperkuat hubungan antara pengembangan SDM dan kinerja. Hal ini memberikan landasan bahwa dengan penyesuaian yang tepat, UMKM juga dapat memperoleh keuntungan dari strategi ini.
  2. Profil UMKM Sulawesi Utara: Prospek dan Kebutuhan Pemasaran Internal
    Sulawesi Utara memiliki potensi ekonomi yang bertumpu pada sektor pariwisata, agrikultur, dan industri kreatif yang mayoritas dijalankan oleh pelaku UMKM. Studi mengenai ekosistem pemasaran digital untuk produk unggulan daerah di Sulawesi Utara mengungkapkan berbagai program pelatihan digital dan usaha membangun kemampuan pemasaran, namun penerapan teknologi dan praktik manajemen masih timpang. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM di Sulawesi Utara menghadapi kebutuhan ganda: memperkuat kemampuan pemasaran eksternal sambil menata sistem internal agar tim atau anggota usaha (meliputi pemilik, pegawai tetap, maupun pekerja kontrak/rumahan) dapat mengeksekusi strategi pemasaran secara konsisten.
    Dalam kenyataannya, sebagian besar UMKM di Sulawesi Utara beroperasi sebagai usaha keluarga atau komunitas dengan karakteristik: struktur organisasi yang tidak kompleks, peran rangkap (pemilik merangkap sebagai manajer produksi dan penjual), serta keterbatasan modal. Infrastruktur kelembagaan seperti standar operasional, pelatihan terstruktur, dan sistem manajemen SDM seringkali masih minim. Situasi ini menjadi kendala dalam mengimplementasikan pemasaran internal, karena pendekatan ini membutuhkan investasi tertentu dalam komunikasi internal, program pelatihan, dan pembentukan budaya kerja yang supportif.
    Berikut parafrase dari teks tersebut:
  3. Temuan Empiris
    Walaupun kajian mengenai pemasaran internal untuk UMKM masih terbatas dibandingkan dengan penelitian untuk perusahaan besar, beberapa riset memberikan perspektif yang bermanfaat:
  • Penelitian mengenai digitalisasi dan program pelatihan pemasaran untuk UMKM di Manado (wilayah Sario) serta kajian ekosistem pemasaran digital di Sulawesi Utara memperlihatkan bahwa program edukasi digital tidak hanya mengembangkan kapabilitas pemasaran eksternal UMKM (seperti manajemen media sosial dan utilisasi platform e-commerce), namun juga memperkuat sinkronisasi internal ketika pemilik dan tim produksi memahami fungsi masing-masing dalam jalur penjualan digital. Penerapan pelatihan semacam ini seringkali menjadi gerbang awal implementasi konsep pemasaran internal: ketika tim memperoleh pelatihan, mereka merasakan peningkatan kompetensi dan rasa tanggung jawab.
  • Pengalaman UMKM yang mengadopsi content marketing dan platform media sosial (seperti studi Kimbap Jo di Manado) memperlihatkan bahwa konsistensi konten membutuhkan partisipasi tim internal—dari pembuatan resep, dokumentasi produk, sampai pengelolaan order—yang bergantung pada praktik komunikasi internal yang efektif. Ketika pemilik menetapkan panduan sederhana (seperti standar dokumentasi produk dan template respons pesan), karyawan atau asisten dapat menjalankan kegiatan promosi dengan baik. Ini merupakan penerapan pemasaran internal dalam format yang sederhana dan aplikatif.
  • Analisis kasus UMKM (seperti UMKM Natto Milk) menekankan strategi brand yang tidak hanya fokus pada konsumen namun juga pada karyawan—usaha internal branding—untuk menciptakan komitmen dan kepercayaan internal. Meskipun bukan riset di Sulawesi Utara, hasil penelitian ini relevan sebagai ilustrasi bagaimana usaha kecil merancang komunikasi internal yang memperjelas visi usaha sehingga seluruh tim “memasarkan” brand yang seragam.
    Dari evidence-evidence tersebut, tampak bahwa praktik-praktik yang pada dasarnya merupakan komponen dari pemasaran internal—program pelatihan, standar operasional sederhana, komunikasi peran, dan penguatan nilai-nilai usaha—dapat diterapkan dengan skala dan investasi yang sesuai untuk UMKM.
    Berikut parafrase dari teks tersebut:

4. Keuntungan Nyata Implementasi Pemasaran Internal untuk UMKM
Apabila diaplikasikan dengan penyesuaian yang tepat, pemasaran internal memberikan sejumlah benefit riil bagi UMKM di Sulawesi Utara:
1. Uniformitas pengalaman konsumen. Saat seluruh anggota tim menguasai standar layanan dan komunikasi brand, pengalaman konsumen menjadi lebih konsisten—hal yang krusial untuk membangun reputasi bisnis baik secara online maupun offline.
2.Optimalisasi produktivitas & mutu produk. Pekerja yang mendapat pelatihan dan pemahaman peran yang jelas memiliki kecenderungan bekerja lebih efektif dan mempertahankan standar kualitas. Program pelatihan sederhana mengenai packaging, sanitasi, atau quality control memberikan dampak langsung terhadap produk.
3.Penguatan motivasi dan loyalitas pekerja. Sistem apresiasi sederhana (seperti “pegawai terpilih periode ini”, insentif kecil, atau pengakuan publik di platform media sosial) dapat meningkatkan engagement pada bisnis yang memiliki keterbatasan resources.
4.Kapabilitas menjalankan strategi pemasaran digital. Banyak UMKM menghadapi kesulitan bukan pada formulasi strategi pemasaran tetapi pada pelaksanaan operasional harian (upload konten, respon pesan, packing produk). Pemasaran internal yang fokus pada distribusi tugas dan pelatihan operasional membuat strategi digital lebih terimplementasi.

5.Rintangan dan Tantangan Implementasi pada UMKM Sulawesi Utara
Meski prospektif, terdapat beberapa hambatan riil:
-Keterbatasan resources. UMKM acapkali mengalami kekurangan waktu, dana, atau SDM untuk menyelenggarakan program pelatihan formal atau menyiapkan prosedur operasional standar.
-Kultur bisnis keluarga. Relasi kekeluargaan dan multi-role pemilik kadang menghambat pembagian tugas yang formal; sulit mengimplementasikan disiplin kerja bergaya korporasi.
-Minimnya wawasan manajerial. Pemilik UMKM yang terfokus pada aspek produksi belum tentu memiliki pengetahuan dasar SDM untuk membangun komunikasi dan motivasi internal.
-Keterbatasan akses infrastruktur digital. Bagi UMKM yang hendak mengimplementasikan pemasaran internal sebagai komponen strategi digital (seperti mengorganisir tim pengelola online shop), konektivitas dan perangkat menjadi kendala di sejumlah wilayah.
Berikut parafrase dari teks tersebut:

6.Ilustrasi Konkret Implementasi Pemasaran Internal pada Level UMKM (Studi Kasus dan Praktik)
Berikut adalah contoh-contoh riil dan aplikatif—diambil dari praktik regional dan penelitian kasus—yang memperlihatkan bagaimana pemasaran internal dapat direalisasikan di UMKM Sulawesi Utara:
A. Program pelatihan singkat & distribusi peran untuk platform online (studi: UMKM kuliner Manado) Di Manado, berbagai warung/catering skala kecil mulai menerima order melalui WhatsApp/GoFood. Pemilik dapat mengorganisir training selama 1–2 jam mengenai prosedur penerimaan order, scheduling produksi, dan packaging untuk satu atau dua asisten. Dampak: minimalisasi kesalahan pesanan dan proses delivery yang lebih terstruktur. Riset mengenai digitalisasi UMKM di Manado menyarankan pelatihan sebagai strategi efektif untuk meningkatkan revenue karena kualitas eksekusi pemasaran mengalami peningkatan.
B. Pedoman konten sederhana untuk platform media sosial (studi: Kimbap Jo, Manado) Sebuah UMKM kuliner menyiapkan “format” posting (foto menu + caption + hashtag). Pemilik menyediakan petunjuk 5 tahap: (1) dokumentasi produk dengan pencahayaan natural, (2) buat deskripsi ringkas, (3) cantumkan harga dan prosedur pemesanan, (4) simpan ke direktori, (5) publish pada waktu spesifik. Ketika asisten mengikuti petunjuk tersebut, konsistensi promosi meningkat dan pemilik tidak perlu involved secara penuh setiap hari. Contoh Kimbap Jo mendemonstrasikan efektivitas content marketing sederhana yang dioperasikan tim internal.
C. Internal branding skala mikro (studi: produsen minuman probiotik/UMKM Natto Milk) UMKM yang ingin berkembang dapat menyusun “value usaha” ringkas (seperti kualitas, sanitasi, hospitality) dan menempatkannya di zona produksi. Setiap anggota dibiasakan menyampaikan nilai-nilai ini saat meeting singkat harian. Strategi brand-to-internal seperti ini membantu keseluruhan tim memahami brand promise sehingga komunikasi kepada pelanggan lebih harmonis. Studi kasus Natto Milk mengilustrasikan bagaimana internal branding memperkuat dedikasi karyawan pada UMKM.
D. Apresiasi dan reward sederhana Penghargaan tidak harus costly: contoh konkret UMKM di Sulawesi Utara memberikan “sertifikat digital” atau recognition di Instagram untuk karyawan/anggota tim yang berprestasi. Praktik ini memperkuat motivasi dan meningkatkan sense of belonging terhadap usaha.

7.Tahapan Praktis Implementasi Pemasaran Internal untuk UMKM — Panduan 8 Tahap
Berikut pedoman praktis, mudah diimplementasikan, dan cost-effective untuk UMKM di Sulawesi Utara:
1.Formulasi visi/nilai usaha ringkas (1 lembar). Tuliskan 3 nilai fundamental yang menjadi identitas usaha.
2.Strukturisasi peran dan responsibility sederhana. Gunakan checklist tugas harian yang eksplisit agar setiap individu memahami apa yang harus dikerjakan.
3.Micro-training. Selenggarakan sesi 1–2 jam tentang skill operasional (packaging, fotografi produk, respons pesan). Training dapat dijalankan bersama komunitas UMKM lokal.
4.Pedoman SOP ringkas. Sediakan SOP 1 lembar untuk proses utama: produksi, packing, shipping, handling komplain.
5.Komunikasi berkala. Laksanakan briefing singkat harian/mingguan untuk evaluasi dan distribusi tugas.
6.Utilisasi tool sederhana. Manfaatkan grup WhatsApp untuk koordinasi, Google Spreadsheet untuk reporting penjualan sederhana.
7.Evaluasi sederhana. Catat 2–3 metrics: jumlah pesanan yang memenuhi standar, komplain pelanggan, durasi pemrosesan pesanan.
Apresiasi & reward. Berikan penghargaan sederhana untuk performa baik, gunakan media sosial untuk publikasi.
Tahapan-tahapan ini dapat diadopsi secara gradual, sehingga tidak memberatkan operasional UMKM sehari-hari.
Berikut parafrase dari teks tersebut:

8.Kontribusi Stakeholder Eksternal: Pemerintah, Institusi Pendidikan Tinggi, dan Komunitas
Penguatan pemasaran internal UMKM akan lebih optimal dengan adanya support eksternal: pemerintah daerah dan dinas koperasi dapat mengadakan program pelatihan tanpa biaya; institusi pendidikan tinggi lokal (seperti Universitas Sam Ratulangi) dapat memberikan mentoring atau program community service; komunitas UMKM regional dapat saling berbagi template prosedur operasional atau materi pelatihan. Penelitian mengenai ekosistem pemasaran digital Sulawesi Utara menekankan pentingnya sinergi antar-stakeholder untuk mengakselerasi adopsi praktik pemasaran baik eksternal maupun internal.

9.Kesimpulan: Dapat Diterapkan, Diperlukan, dan Harus Disesuaikan dengan Kondisi
Jawaban ringkas: Ya — pemasaran internal dapat diimplementasikan pada UMKM di Sulawesi Utara. Namun aplikasinya harus simpel, praktikal, dan kontekstual. UMKM tidak perlu mengadopsi praktik perusahaan besar secara langsung, melainkan mentransformasi konsep-konsep pemasaran internal ke dalam format yang accessible: distribusi tugas yang eksplisit, micro-training, prosedur operasional ringkas, guidelines konten, dan sistem reward sederhana. Evidence dari riset dan praktik di Sulawesi Utara dan daerah lain memperlihatkan bahwa penguatan internal (melalui pelatihan, komunikasi, dan shared values) mengakselerasi kesuksesan pemasaran eksternal—khususnya ketika UMKM bertransisi ke platform digital.
Untuk pemilik UMKM: awali dari hal-hal fundamental—tuliskan 3 nilai usaha, susun task list harian, dan libatkan tim dalam satu sesi training singkat. Hasilnya seringkali mengejutkan: layanan lebih konsisten, order diproses lebih cepat, dan reputasi bisnis mengalami pertumbuhan.