Tema Mingguan: Kasihilah Musuhmu dan Berbuatlah Baik
Bacaan Alkitab: Lukas 6:27-36

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Setiap manusia tidak sempurna dan tidak terlepas dari berbuat kesalahan. Namun demikian, manusia yang percaya memiliki kuasa Roh Kudus dikarunai dengan sifat-sifat untuk memperbaiki kesalahannya. Dalam relasi antar sesama, tak jarang kita menemukan perbedaan-perbedaan yang bisa berujung pada konflik. Kerusakan dalam hubungan antar sesama jika dibiarkan akan melahirkan tembok-tembok pemisah. Hati yang sudah tersakiti karena ucapan dan tindakan melahirkan amarah dan dendam. Menyembuhkan luka-luka batin yang disebabkan oleh ketidakadilan hanya bisa dipulihkan jika hidup berserah pada Tuhan Allah.

Alkitab mengajarkan tentang bagaimana Tuhan Allah mengampuni manusia yang telah berdosa. Karya Tuhan Allah ini menjadi ajakan yang harus dijiwai oleh orang Kristen untuk mengasihi sesamanya. Di dalam kasih terkandung sifat memaafkan. Sifat pemaaf merupakan sifat yang mulia, karena tidak semua manusia dapat berbesar hati dengan mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain. Mengasihi musuh adalah nilai tertinggi di dalam kehidupan, sehingga hanya orang yang berjiwa besarlah yang mampu melakukan itu. Berdasarkan uraian tersebut maka khotbah gereja kita minggu ini dituntun oleh tema: “Kasihilah Musuhmu dan Berbuatlah Baik.”

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab(Exegese)
Misi kehadiran Yesus Kristus adalah untuk memperkenalkan kerajaan-Nya. Kerajaan Allah menjadi kabar baik bagi mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat. Injil Lukas menunjukkan bagaimana kehadiran Yesus Kristus menjadi jawaban atas persoalan dan pergumulan umat manusia. Kasih Tuhan Allah telah memperbaiki sistem nilai yang dianut waktu itu. Orang-orang yang diabaikan dalam masyarakat karena dianggap miskin, sekarang diperhatikan dan ditolong oleh Yesus Kristus. Perhatian itu nampak dalam ungkapan, orang-orang miskin diberkati Allah (6:20), diundang masuk dalam Kerajaan Surgawi (14:13.21). Kisah tentang pengemis miskin bernama Lazarus yang diangkat ke surga oleh para malaikat (16:20,21) dan para murid diperintahkan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin (12:33).

Dalam Injil Lukas, orang miskin dipahami bukan tidak memiliki uang/harta, namun miskin di sini memiliki arti yang luas seperti orang-orang yang memiliki status sosial yang rendah dan yang dikucilkan di masyarakat. Dalam bagian ini Yesus Kristus memperkenalkan Tuhan Allah sebagai Bapa yang murah hati (ayat 36). Kemurahan hati Tuhan Allah nyata dengan Dia mengasihi bukan hanya kepada yang mengasihi-Nya, namun kepada mereka yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat. Kasih yang ditunjukkan Bapa inilah yang harus menjiwai cara hidup anak-anak Allah (ayat 35.) Menjadi ciri dari seorang warga Kerajaan Allah.

Untuk menyatakan kasih Tuhan Allah kepada sesama ternyata bukanlah yang yang mudah. Karena dikatakan “kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu”. Mengasihi sesama yang berbuat baik pada kita, tentu mudah. Tapi mengasihi orang yang menyakiti kita, tentulah sulit. Yesus Kristus menggunakan ungkapan gaya bahasa yang sungguh paradoksal bagi telinga dunia. Ada perintah kepada mereka yang mendengarkan-Nya; bahwa mereka harus mengasihi, berbuat baik, meminta berkat dan berdoa kepada mereka yang adalah musuh kita, yang membenci kita, yang mengutuk kita dan yang mencaci kita (ayat 27-28). Perintah ini memang sangat berbeda denganpengajaran dalam taurat tentang “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi…” (Kel 21: 24; Im 24: 20 dan Ul 19: 21). Dengan teks-teks PL ini maka nampaknya balas dendam di beri ruang. Namun dengan batasan hukumannya harus setimpal dengan kesalahannya. Tetapi sayangnya, dalam praktiknya sering melampaui batas. Balas dendam telah menjadi ukuran untuk menegakkan keadilan. Manusia merindukan keadilan dan agar pelaku kejahatan mendapatkan pembalasannya.

Manusia ingin membalas apa yang dia anggap sebagai kegagalan keadilan sebelumnya. Ketika diperlakukan tidak adil atau tidak baik oleh orang lain, ada dua pilihan utama yang mungkin diambil sebagai tanggapan. Pertama adalah memaafkannyadan kedua, balas dendam. Yesus Kristus mengajarkan, kekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan. Tindakan kekerasan apapun terhadap murid Yesus Kristus, haruslah dibalas dengan kebaikan. Yesus Kristus mengajarkan akan hal itu dan ajaran itu ditegaskan dengan tidak membalas kejahatan kepada orang yang mengutuk, mencaci, dan menampar pipi kita. Para murid malah dianjurkan untuk berdoa memohonkan berkat bagi mereka yang menyakitinya. Dan yang ‘paling aneh’ adalah memberikan pipi kita yang lain ketika ada orang menampar kita, serta memberikan baju kita kepada orang yang mengambil jubah.

Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah cara yang diajarkan Yesus Kristus untuk memutus rantai dendam. Kebaikan kepada orang yang baik dikatakan sudah menjadi hal biasa, namun kebaikan kepada yang tidak pantas menerimanya, itu baru tindakan yang luar biasa. Bapa di sorga melakukan itu juga untuk dunia yaitu melalui kemurahan hati-Nya dengan mengampuni dosa umat manusia.

Yesus Kristus hendak mengajarkan dari firman ini bahwa mereka yang hidup sebagai warga Kerajaan Allah akan memiliki dua hal ini yaitu:
1. Sebagai warga Kerajaan Allah tidak akan membalas dendam dengan kekerasan untuk setiap perbuatan jahat yang dialaminya (ayat 27,28)
2. Sebagai warga Kerajaan Allah tidak akan mengharapkan balasan untuk setiap perbuatan baik yang ia lakukan pada orang lain (ayat 34,35).

Mempraktikan kemurahan hati kepada sesama manusia dapat saja dilupakan manusia, namun diperhatikan Bapa di sorga. Sehingga bagi mereka yang hidup dalam kemurahan akan mendapatkan ‘upah besar’ dan akan menjadi ‘anak-anak Allah Yang Mahatinggi’

Makna dan Implikasi Firman
1. Kecenderungan sifat manusia ketika dianiaya adalah mempertahankan diri atau ingin membalas. Manusia menyimpan ingatan tentang pengalaman pahitnya dan ketika ada kesempatan akan cenderung menanggapinya dengan cara yang sama. Balas dendam dianggap sebagai tindakan untuk mendapatkan keadilan kepada mereka yang pernah menyakiti atau melukai perasaan kita. Namun kepada para murid-Nya, Yesus Kristus hendak mengajarkan agar para pengikut-Nya tidak boleh mengambil dan masuk pada otoritas Tuhan Allah tanpa izin.

2. Selalu ada godaan untuk merebut peran Tuhan Allah dalam menghukum mereka yang kita rasa patut dihukum. Oleh karena hati manusia telah dikuasai dosa, sehingga pembalasan selalu dimotivasi oleh amarah. Dalam doa kita seringkali terselip kata kerinduan supaya Tuhan Allah mempercepat hak-Nya untuk menghukum musuh-musuh kita. Atau jika Tuhan Allah dianggap terlalu lamban, maka terkadang manusia tergoda untuk mempercepat datangnya penghukuman itu dengan balas dendam.

3. Memang bagi sebagian kelompok menilai pengajaran Yesus Kristus ini kelihatan konyol, aneh dan bodoh. Sifat kasih yang Yesus Kristus ajarkan ini sering dinilai sebagai bentuk kelemahan yang sering dimanfaatkan orang. Seringkali orang memanfaatkan kebaikan kita yang suka memaafkan dan mengampuni kesalahan. Beberapa orang malah meremehkan, merendahkan dan melecehkan kita, karena kita baik. Ada anggapan ‘nda apa-apa beking jaha padia, sebab pasti dia cuma mobabadiam nda mobabalas’

4. Ajaran Yesus Kristus tentang mengampuni ini sering disalah mengerti banyak orang. Mereka beranggapan bahwa Kekristenan mengajarkan mentalitas budak, mentalitas orang-orang yang melahirkan orang yang lemah, bodoh, aneh karena disaat diinjak-injak malahan harus berbuat baik kepada mereka yang melakukan kejahatan. Pengajaran Yesus Kristus melalui bacaan ini bukan hendak menjadikan orang Kristen berdiam diri saat diperlakukan tidak adil, namun pesan yang hendak Yesus Kristus sampaikan adalah bahwa orang Kristen dipanggil untuk tidak menjadi pendendam, pembenci, pengutuk dan pencaci. Tapi sebaliknya orang Kristen dipanggil untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sifat anak Allah adalah murah hati yang dibuktikan dengan aktif untuk mengasihi, mendoakan mereka yang memusuhi dan membencinya

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
1. Apa yang anda pelajari dari pengajaran Yesus Kristus melalui bacaan Lukas 6:27-36 mengenai kejahatan harus dibalas dengan kebaikan?
2. Mengapa orang sulit meminta maaf dan memberikan maaf?
3. Jika ada orang Kristen yang menjadi korban ketidakadilan seperti haknya diambil orang, difitnah, dilukai dan kemudian membawa perbuatan-perbuatan orang jahat itu ke ranah hukum agar aparat penegak hukum bisa menindak mereka, apakah tindakan tersebut masih sejalan dengan semangat berita Injil saat ini tentang mengasihi musuh dan berbuat baik? Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?

NAS PEMBIMBING: Efesus 4:32

POKOK-POKOK DOA
1. Jemaat dimampukan untuk menunjukkan arti pengampunan yang sebenarnya kepada orang lain karena Yesus Kristus juga telah mengampuni segala dosa manusia.
2. Semua roh jahat yang tinggal di hati pelaku kejahatan menyebabkan mereka berperilaku buruk terhadap sesama dihancurkan dalam nama Yesus Kristus serta memutuskan ‘lingkaran setan’ balas dendam dalam kehidupan umat manusia.
3. Jemaat dimampukan untuk melakukan kebaikan dilandasi kemurnian dan bukan dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan balasan kebaikan dari orang lain.
4. Orang Kristen bisa jadi berkat dengan membawa damai sejahtera di manapun mereka berada.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK IV

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: KJ No. 7 “Ya Tuhan Kami Puji Nama-Mu Besar”
Pembukaan: NKB No. 73 “Kasih Tuhanku Lembut”
Peng. Dosa: KJ No 467 “Tuhanku, Bila Hati Kawanku”
Berita Anugerah: NNBT No. 8 “Banyak Orang Suka Diampuni”
Pembacaan Alkitab: KJ No. 383 “Sungguh Indah Kabar Mulia”
Persembahan: KJ No. 381 “Yang Mahakasih”
Penutup: NKB No. 193 “Aku Hendak Tetap Berhati Tulus”

ATRIBUT
Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang (*)