Tema Mingguan : “Ia Akan Terhitung di Antara Orang-orang Durhaka”
Bacaan Alkitab : Markus 15 : 20b-32
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja hadir di dalam dunia untuk memberitakan kabar keselamatan dan menjadi saksi yang hidup menyuarakan kebenaran di tengah ketidakbenaran dan ketidakadilan. Gereja ada di dalam dunia yang terdiri dari orang-orang benar dan orang-orang durhaka. Gereja yang kepalanya Yesus Kristus melayani dunia, baik bagi orang benar maupun orang durhaka. Realitasnya, gereja terkadang hanya terbuka dan melayani orang-orang yang dianggap “baik”. Dan terkesan mengabaikan “orang-orang durhaka” yang tidak segan berbuat kejahatan, bahkan dijauhi. Sementara itu mereka justru diterima, dilayani, disambut dengan baik di club malam, di tempat mesum, di komunitas pecandu narkoba, miras, pecinta sex bebas, judi dan lain-lain.
Oleh karena itu, sebagai orang-orang percaya yang adalah tubuh Kristus (gereja), perlu mencermati secara tajam untuk menciptaKan pola pelayanan yang berpihak terhadap kaum marjinal (terpinggirkan). Termasuk yang ada di sekitar kita, antara lain mantan nara pidana, pemabuk, preman kampung, para begal, dan lain-lain.
Untuk itu, di Minggu Sengsara ke Enam ini, di angkat tema “Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka”, menjadi fokus perenungan sepanjang minggu ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Markus 15:20b-32 bercerita tentang bagaimana Yesus Kristus disalibkan. Injil Markus adalah Injil kedua dalam Alkitab dan yang paling pendek dari kitab Injil lainnya (hanya 16 pasal). Menurut kebanyakan ahli Alkitab menyebut, Injil Markus sebagai Injil yang tertua (ditulis paling awal) dan digolongkan ke dalam Injil sinoptis bersama Injil Matius dan Lukas. Ditulis oleh Markus yang disebut juga Yohanes (Kisah 12:12), kemenakan Barnabas (Kolose 4:10), yang adalah rekan sekerja Paulus di antara tahun 64-67 Masehi. Markus mencatat bahwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan peristiwa yang sangat penting dalam karya penyelamatan Tuhan Allah bagi manusia dan dunia.
Ayat 20b. Dari gedung pengadilan, Yesus Kristus dibawa keluar dengan memikul salib yang berat menuju ke tempat penyaliban. Dalam pemahaman masyarakat di saat itu,
penyaliban merupakan proses kematian yang menyakitkan, karena orang yang disalib akan mengalami kematian secara perlahan. Bagi orang Romawi, penyaliban adalah proses kematian memalukan yang berlaku hanya bagi para pemberontak dan pelaku kriminal. Penyaliban harus dialami Yesus Kristus, karena pemerintah Roma menuduh-Nya pemberontak. Sedangkan dalam Hukum Yahudi, orang yang dihukum gantung adalah orang yang dikutuk Tuhan Allah (bdk. Ul. 21:23).
Orang yang disalib, kedua tangannya diikat, kaki diberi pijakan kayu dan dijemur di terik matahari serta menjadi tontonan publik. Penyaliban Yesus Kristus justru lebih daripada itu, sebab kedua tangan dan kaki Tuhan Yesus dipakukan pada kayu salib hingga mengeluarkan darah dan dijemur di bawah terik matahari. Benarlah yang disebutkan dalam Ibrani 9:22, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Ayat 21. Melihat kelelahan fisik yang dialami Yesus Kristus (dipakaikan mahkota duri, dipukul kepala-Nya dengan buluh dan disesah), membuat tentara Romawi memaksa Simon dari Kirene untuk memikul salib yang dipikul-Nya. Bukan karena kasihan, tetapi karena mereka tidak ingin Yesus Kristus mati di perjalanan saat menuju penyaliban. Kirene adalah salah satu kota besar di Libya. Afrika Utara. Pada waktu itu, Simon, ayah dari Aleksander dan Rufus sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan Paskah dan Pentakosta. Rufus salah seorang anak dari Simon disebut juga sebagai orang pilihan Tuhan dan yang disebut oleh Paulus dalam surat Roma 16:13.
Ayat 22-23. Yesus Kristus dibawa ke Golgota yang menjadi tempat penyaliban orang-orang yang mendapat hukuman mati dari pemerintah Romawi. Golgota berasal dari bahasa Arab yaitu Gulgatta artinya tengkorak dan dalam bahasa Latin disebut Calva/calvarium diturunkan menjadi kata Calvary. Tempat ini berada di dekat Kota Yerusalem (Yoh. 19:20) dan menjadi tempat jalan umum. Orang yang disalibkan di Golgota bukan hanya menderita fisik tapi terlebih batin, karena orang yang melewati jalan itu akan mencela dan mengolok-olok Dia.
Tentara Romawi memberi minum kepada Yesus Kristus berupa anggur bercampur mur (dalam Matius 27:34 disebut bercampur empedu, yang diberikan sebelum la disalib, Luk. 23:26 disebut anggur asam diberikan sesudah la disalib). Jenis minuman ini berfungsi sebagai obat bius untuk mengurangi rasa sakit dan Yesus Kristus menolaknya. Penolakan Yesus Kristus terhadap minuman yang diberikan membuktikan bahwa Ia tidak mau rasa sakit-Nya dikurangi. Yesus Kristus betul-betul rela menanggung dosa dunia dengan penderitaan yang paripurna (sempurna).
Ayat 24-28. Yesus Kristus disalibkan jam sembilan pagi di antara dua orang penyamun. Dalam kebiasaan orang Romawi, yang disalibkan di posisi tengah adalah orang dianggap paling berbahaya. Dengan itu, membuktikan bahwa “Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka”. hal ini adalah penggenapan nubuatan nabi Yesaya tentang hamba yang menderita (Yes. 53:12). Ia harus melewati penderitaan, disalib dan mendapat cela, semata-mata untuk keselamatan manusia. Dalam proses penyelamatan-Nya, Yesus Kristus tidak memilih bagian penderitaan mana yang akan dilewati, tetapi semua bagian dilalui-Nya dengan taat dan setia. Pakaian Yesus Kristus dibagi-bagi oleh tentara Romawi dengan cara diundi. Ini juga adalah penggenapan dari Mazmur 22:19. Sesuai dengan tradisi Romawi berlaku bahwa tentara-tentara akan mewarisi barang orang yang terhukum.
Tulisan di atas kepala Yesus Kristus: “Raja orang Yahudi” merupakan perintah Pilatus (Yoh. 19:19). Hal ini menggambarkan bahwa Pilatus pun mengakui Yesus Kristus adalah Raja. Karena itu, tulisan ini sangat ditentang oleh Imam-imam Kepala, mereka menghendaki bahwa yang harus ditulis adalah “Ia mengatakan Aku adalah raja orang Yahudi” (Yoh. 19:21). Kalimat ini merupakan ejekan para imam kepada Tuhan Yesus.
Ayat 29-32. Penyaliban Yesus Kristus menjadi tontonan orang banyak dan di tengah orang banyak itu muncul berbagai hujatan dan olok-olokan sambil menggelengkan kepala sebagai bentuk penghinaan yang mau merendahkan derajat dan martabat Yesus Kristus. Akan tetapi ejekan dan penghinaan dari para Imam dan orang banyak sebenarnya menunjuk pada kultur orang Yahudi yang selalu meminta tanda. Sebab bila memang Yesus Kristus turun dari salib pasti akan membuat mereka percaya. Namun tidaklah demikian dengan Yesus Kristus, karena mengorbankan diri-Nya atas kehendak Bapa-Nya.
Makna dan Implikasi Firman
1. Gereja di tengah kemajemukan agama, sosial, budaya dan berbagai karakter manusia, hams berani menyuarakan dan memperjuangkan kebenaran. Meneladani Yesus Kristus, dengan menolak prilaku durhaka yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa dan persekutuan umat Tuhan.
2. Yesus Kristus tidak memilih bagian yang dirasa aman dan nyaman menuju Golgota, tetapi semua jalan penderitaan dilewati-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kepada Bapa-Nya untuk keselamatan manusia dan dunia. Orang percaya harus siap menjalani penderitaan itu sebagai panggilan untuk solider dengan pengorbanan Yesus Kristus. Seperti yang pernah dikatakan Yesus Kristus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (pasal 8:34).
3. Yesus Kristus disalibkan di tengah dua orang penyamun membuktikan bahwa Ia benar-benar terhitung di antara orang-orang durhaka. Dengan demikian, Yesus Kristus meneladankan bahwa gereja pun terpanggil untuk melayani tidak hanya terbatas pada orang-orang benar tapi juga untuk mereka yang terpinggirkan secara sosial budaya, politik dan ekonomi. Karena semua manusia sangat berharga di mata Tuhan. Inilah kemuliaan dari pengorbanan Yesus Kristus yang suci sebagai bukti kasih-Nya yang sempurna.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa pemahaman saudara-saudara tentang tema “Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka” berdasarkan bacaan Markus 15: 20b-32?
2. Mengapa di zaman ini banyak orang tergoda untuk melakukan hal-hal durhaka terhadap sesama?
3. Bagaimana bentuk pelayanan gereja terhadap orang-orang durhaka dan mereka yang terpinggirkan dalam jemaat dan masyarakat?
NAS PEMBIMBING: Yesaya 53:3
POKOK-POKOK DOA:
1. Gereja yang menghadapi tantangan dan pergumulan di tengah dunia agar tetap kuat menyuarakan kebenaran, keadilan dan kasih.
2. Orang percaya di manapun berada untuk jangan berprilaku durhaka terhadap sesama dan Tuhan. Dan agar dengan tetap setia dan taat mengikuti kehendak Tuhan sekalipun
harus menderita.
3. Orang-orang percaya diberi keberanian untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan dari lingkungan sosialnya.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA VI
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ.No.353 Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil
Ses. Nas Pembimbing: NKB. No. 85 Kar’na Kasih-Nya
Pengakuan Dosa: NNBT. No. 10 Ya Tuhan Yang Kudus
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ. No.174b Ku Heran Jurus’lamatku
Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengara: KSK 110 Siapa Yang Setia
Persembahan: NKB. No. 84 Kub’rikan Bagimu, Tubuhku Darahku
Penutup: NNBT. No.29 Apakah Yang T’lah Engkau Lakukan
ATRIBUT
Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.(*)