Tema Mingguan: “Muliakan Allah Dengan Tubuhmu”
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 6:12-20

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Hari-hari ini perkembangan digital semakin terasa, dunia berubah dengan begitu cepat. Kemerosotan moral menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena kecanggihan dan kemajuan teknologi yang membuat kita bisa masuk menjelajah ke mana saja, sebab segala sesuatu bisa diakses dengan begitu mudah tetapi juga murah. Belum lagi tema pergaulan bebas kini menjadi sesuatu yang sangat digemari. Dengan alasan bebas berekspresi, konten berbau pornografi semakin banyak menghiasi media-media sosial yang ada.

Bukannya sadar dengan kejatuhan ini dan beralih dari berbagai kenajisan ini, banyak orang percaya justru mulai kehilangan kekaguman akan orang-orang yang hidup mempertahankan kekudusan. Mereka justru menertawakan dan menganggap menjaga kekudusan sebagai sesuatu yang bodoh dan kurang gaul. Perselingkuhan, perzinahan, seks bebas dan gaya hidup bebas lainnya sedang menjadi tren dan sesuatu yang keren. Bahkan hal ini dibenarkan dengan slogan “ini hidupku bukan hidupmu”.

Apakah orang percaya harus terjebak pada situasi ini? Benarkah kekudusan bukanlah sesuatu hal yang penting lagi dalam Kekristenan? Untuk menjawab hal ini, maka perenungan disepanjang minggu akan dituntun oleh tema “Muliakanlah Allah dengan tubuhmu” berefleksi dari I Korintus 6:12-20.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Jemaat Korintus berada di kota pelabuhan yang sangat berkembang dalam hal perdagangan, terkenal sebagai jemaat yang sangat bermasalah yang pernah dilayani oleh Rasul Paulus. Berdasarkan laporan dari keluarga Kloe (Kis 1:10-11), Paulus mendapati kemerosotan dalam hal keberimanan pada jemaat yang dibangunnya saat ia tinggal di sana selama 18 bulan pada perjalanan penginjilannya yang ke-2.

Perselisihan dan perpecahan, kesombongan rohani, karunia roh dan lain sebagainya merupakan masalah-masalah yang terjadi di sana. Salah satu yang paling menonjol ialah masalah “percabulan ” seperti yang dibicarakan Paulus dalam teks ini. Kata Yunani percabulan (porni) yang berarti pelacur. Dalam terjemahan berbahasa Inggris (NIV, RSV, ESV) diterjemahkan dengan prostitute dan BIS menerjemahkan kata ini dengan “Pelacur”

Orang Kristen di Korintus dipastikan telah terlibat dalam praktik perzinahan dengan pelacur. Dan ini terjadi karena berhubungan dengan latar belakang kota Korintus di masa lalu, yaitu praktik penyembahan berhala. Kuil-kuil penyembahan berhala sangat banyak di kota ini dan salah satu yang paling mencolok ialah kuil dewi Afrodite di sebuah gunung dengan ketinggian dua ribu kaki di Akropolis. Di kuil tersebut ada seribu orang imam-imam wanita yang dianggap suci namun sebenarnya mereka adalah para pelacur. Mereka bertugas untuk “merangsang” dewi Afrodite untuk melakukan hubungan intim dengan para dewa, dengan cara berpesta seks di atas gunung tersebut. Mereka percaya bahwa Korintus akan mengalami keberuntungan dan kesuburan jika dewi tersebut melakukan hubungan dengan dewa. Sehingga pada hari-hari perayaan mereka, diadakan perjamuan makan minum, tetapi juga praktik perzinahan dengan para pelacur di sana. Di waktu-waktu tertentu pula para pelacur ini akan turun gunung dan melakukan praktik perdagangan dengan orang-orang Korintus dalam hal pelacuran. Orang Kristen di sana diketahui datang pada perayaan-perayaan itu, bukan hanya untuk duduk makan dalam perjamuan-perjamuan mereka, tapi jauh lebih dari itu mereka turut serta melakukan perzinahan dengan para pelacur di sana. Dan permasalahan ini semakin berat bagi Paulus, karena orang-orang Kristen ini mengangap bahwa apa yang mereka lakukan ini bukanlah sebuah persoalan berarti.

Membenarkan apa yang dilakukan, mereka memiliki slogan-slogan seperti yang dikutip oleh Paulus tetapi kemudian disanggahnya dalam ayat 12 dan 13. Slogan yang pertama muncul mengenai makanan yaitu “Segala sesuatu halal bagiku” Kata halal diambil dari bahasa Yunani (exestin) yang dapat diterjernahkan “diperbolehkan”. Jemaat di Korintus menganggap bahwa memakan makanan persembahan berhala dibolehkan karena keyakinan mereka bahwa Yesus Kristus telah membebaskan mereka dari hukum apapun, termasuk tentang yang halal dan tidak. Namun Menurut Paulus, kebebasan di dalam Yesus Kristus tidak berarti bebas untuk melakukan segala sesuatu yang kita ingini dan kehendaki. Kebebasan ini harus memperhatikan dua hal:
1. Apakah orang lain mendapat keuntungan atau dibangun melalui tindakan kita (ay. 12a)?
2. Apakah kebebasan itu justru memperbudak kita (ay. 12b)?

Dengan kata lain Paulus mau mengatakan bahwa kekristenan tidak hanya berbicara mengenai benar atau salah, boleh atau tidak boleh, tetapi juga berguna atau tidak berguna bagi diri sendiri (agar kita tidak diperbudak oleh kebebasan itu) tapi juga bagi orang lain.

Konsep yang keliru tentang kebebasan di dalam Yesus Kristus ini diperparah dengan pengaruh filsafat Yunani kuno yang memisahkan roh dari tubuh manusia. Di mana roh itu kekal, sedangkan tubuh itu fana. Bagi mereka, tubuh itu tidak penting sebab akan musnah dihancurkan pada akhir zaman. Anggapan inilah yang ada di balik slogan jemaat Korintus di ayat 13a “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”. Apapun yang mereka lakukan pada tubuh, baik makan makanan berhala dan maupun melakukan perzinahan dengan pelacur bukanlah sebuah masalah, sebab tubuhpun pada akhirnya akan binasa. Namun Paulus mengoreksi pandangan ini dengan mengatakan “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan/pelacur melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh”. Paulus dengan tegas menolak percabulan dan perzinahan yang mereka lakukan dengan para pelacur dengan
memberi setidaknya beberapa alasan;

Pertama: Tubuh orang Kristen akan dibangkitkan (ay.14). Kematian Yesus Kristus bukan hanya menebus roh atau jiwa kita, tetapi Dia juga menebus tubuh kita. Bahkan kebangkitan Yesus Kristus juga menjadi jaminan bahwa tubuh kita pun akan dibangkitkan di akhir jaman (15:20-23; bdk. Rm. 8:11; Kol. 1:18). Tuhan Allah yang membangkitkan Yesus Kristus juga akan membangkitkan tubuh kita kelak (6:14). Dalam hal ini Paulus menjelaskan tentang doktrin kebangkitan tubuh yang akan dialami orang percaya di akhir zaman. Sehingga, setiap orang percaya hams menjaga kekudusan tubuh. Tubuh sangat penting untuk dijaga dari berbagai macam dosa dan kenajisan karena pada akhir zaman tubuh orang percaya akan dibangkitkan sama seperti Yesus Kristus telah dibangkitkan secara tubuh. Yang perlu digaris bawahi bahwa ungkapan “Allah yang membangkitkan Tuhan…” tidak boleh dipahami bahwa Yesus Kristus tidak berkuasa untuk membangkitkan diri-Nya sendiri. Alkitab menyatakan bahwa subjek kebangkitan adalah Allah, tetapi Alkitab juga mengajarkan bahwa subjek tersebut adalah Roh Allah (Rm. 1:4; 8:11) atau Kristus sendiri (Yoh. 2:19, 21; 10:18). Jadi, kebangkitan adalah pekerjaan satu Allah, Allah Tritunggal.

Kedua, Tubuh orang kristen adalah anggota Tubuh Yesus Kristus (ay. 15). Anggota tubuh menggunakan kata (melos) yang biasanya diterjemahkan sebagai “kaki atau tangan” atau “bagian dari tubuh manusia/anggota dari keseluruhan.” Menggunakan analogi ini Paulus menekankan bahwa hubungan orang Kristen dengan Yesus Kristus tak terpisahkan sama seperti kaki atau tangan dengan tubuh. Dan jika ada orang Kristen berbuat cabul dengan seorang pelacur adalah seperti anggota tubuh yang dicabut dari tubuh Yesus Kristus dan dipersekutukan dengan tubuh pelacur itu. Sehingga hal ini sangat tidak dimungkinkan. Anggota tubuh Yesus Kristus tidak dapat hidup dalam perzinahan dan percabulan.

Ketiga, Tubuh orang kristen telah dipersatukan dengan Tubuh Yesus Kristus (ay. 16-18). Dalam ayat 16 ini Paulus mengutip Kejadian 2:24, “Keduanya menjadi satu daging.” Paulus dengan sengaja mengutip bagian Perjanjian Lama tersebut untuk menekankan bahwa relasi orang percaya dengan Yesus Kristus mirip dengan relasi suami-istri. Relasi ini adalah relasi yang sangat dekat dan eksklusif yang menuntut kesetiaan total dari kedua pihak. Perbuatan zinah dengan para pelacur dan percabulan adalah sama dengan mengkhianati kesetiaan pada Yesus Kristus di mana orang percaya telah dipersatukan dengan-Nya. Sehingga dalam bagian ini Paulus menggunakan pengajaran lazim dalam kalangan Yahudi untuk tidak melakukan dosa yaitu “jauhkanlah” dalam bahasa asli (feugo) yang berarti “larilah”. Kata ini bersifat urgensi di mana harus secepatnya dilakukan, larilah dari percabulan/perzinahan karena perbuatan demikian sama dengan menajiskan diri sendiri dan tentu hal itu memiliki konsekuensi dosa.

Keempat, Tubuh orang kristen adalah Bait Roh Kudus (ay. 19) Paulus menggunakan metafora: Tubuhmu ialah Bait Roh Kudus, di mana baik orang Yahudi maupun non-Yahudi pada masa Paulus mengerti bahwa tempat ibadah (temple) adalah tempat di mana allah/para dewa tinggal. Namun, pengajaran Paulus ini sangat radikal karena is menyatakan bahwa temple/bait bukanlah sebuah bangunan tetapi tubuh orang Kristen sendiri. Sebagaimana Bait Allah adalah kudus, maka
jemaat Korintus harus menjaga kekudusan tubuh dengan tidak melakukan percabulan sebab kata Paulus tubuh mereka adalah bait Roh Kudus.

Kelima, Tubuh orang Kristen telah dibeli lunas menjadi milik Allah (ay.20) Paulus menyatakan bahwa orang percaya telah lunas dibayar (ay. 20). Dalam ayat ini, Paulus menggunakan kata cryopérito (agorazo) yaitu “membeli” yang umum dipakai untuk menunjuk pada pembelian seorang budak oleh satu tuan dari tuan yang lainnya. Prinsip ini sejalan dengan pengajaran bahwa orang percaya dulu adalah budak dosa dan sekarang telah ditebus/dibeli dan dibayar lunas lewat kematian Yesus Kristus untuk menjadi milik Allah (Rm. 6:16-23; 7:6). Yesus Kristus telah menebus orang percaya sehingga mereka dimerdekakan dari dosa. Tetapi kemerdekaan ini bukanlah berarti memberikan kebebasan dan kemerdekaan untuk bertindak semau mereka dan bebas melakukan dosa. Namun sebaliknya, kemerdekaan ini mengandung arti mereka harus taat secara total kepada tuan mereka yang baru, yaitu Yesus Kristus.

Semua orang Kristen dipanggil untuk memuliakan Tuhan Allah bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga melalui kehidupan mereka yang kudus. Karena itu hendaklah tubuh orang percaya dipergunakan untuk memuliakan Tuhan Allah dan bukan untuk percabulan, perzinahan serta bukan untuk digunakan menjadi hamba dosa yang lain.

Makna dan Implikasi Firman
1. Orang percaya dalam hal melakukan sesuatu, tidak hanya berdasar pada apa yang benar dan tidak benar atau boleh dan tidak boleh, tetapi juga hams mempertimbangkan apakah itu berguna atau tidak, baik pada diri sendiri maupun orang lain.

2. Dosa Percabulan/perzinahan bukanlah dosa yang sepele. Karena itu untuk menentangnya. Rasul Paulus membawa Keterlibatan Allah Tritunggal didalam 1 Kor 6:12-20. Paulus menyebut Allah (empat kali), Tuhan (empat kali), dan Kristus (dua kali), tetapi juga Roh Kudus (dua kali). Dengan demikian, Orang percaya harus waspada pada dosa yang satu ini, karena Allah sungguh tidak senang dengannya.

3. Di era dimana kemerosotan moral terjadi begitu tajam dimana dosa seksual dianggap indah dan menjadi gaya hidup, orang percaya harus paham bahwa kita bukan hanya disebut homo eros tetapi jauh lebih penting dari itu, kita adalah homo religius. Orang percaya harus berani tampil berbeda dengan kebiasaan dunia, dan keluar dari arus zaman yang membawa kejatuhan dalam dosa.

4. Baik Roh dan Jiwa tetapi juga Tubuh orang percaya sangat berarti dan berharga bagi Allah. Yesus telah mati untuk menebus semua itu. Karenanya orang percaya harus menjaga dan juga merawat tubuh dengan baik.

5. Tubuh adalah bait Allah maka Orang percaya harus dapat menjaga kekudusan tubuh dengan menjauhkan diri dari dosa termasuk dosa-dosa seksual.

6. Setiap keluarga Kristen baik suami isteri harus menjauhkan diri dari pelakor, pebinor dan menjaga kekudusan berumah tangga, sebab Allah sering menggunakan relasi suami isteri sebagai metafora hubunganNya dengan orang percaya.

7. Perzinahan memiliki konsekuensi tidak hanya rusaknya hubungan dengan Allah tetapi juga rusaknya hubungan dengan sesama. Bahkan dapat berdampak terhadap penghukuman. Seperti kisah Daud dan Betsyeba.

8. Karena tubuh ini bukan milik kita tetapi adalah milik Kristus maka orang percaya harus mempergunakannya untuk melakukan kehendak Allah dalam rencana-Nya. Maka pergunakanlah dan persernbahkanlah tubuh ini untuk melakukan hal-hal positif dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan berkenan pada Allah demi kemuliaan bagi nama-Nya.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa yang saudara pahami tentang Muliakanlah Allah dengan tubuhmu menurut 1 Korintus 6:1-20?
2. Mengapa percabulan sangat ditentang Rasul Paulus?
3. Apa dan bagaimana peran Gereja saat ini untuk menjaga kekudusan umat Tuhan Allah menghadapi sekularisasi kehidupan?

POKOK-POKOK DOA:
1. Memohonkan agar warga GMIM dimampukan untuk melawan setiap godaan hawa nafsu duniawi.
2. Memohonkan agar warga GMIM dapat mempersembahkan tubuh, roh dan jiwa sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Tuhan Allah.
3. Memohonkan agar warga GMIM dapat menjadi saksi-saksi lewat kehidupan yang Kudus untuk memberitakan Injil bagi kemuliaan Tuhan Allah.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK V

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Menghadap Hadiratnya: NNBT No. 3 “Mari Kita Puji Allah”
Bersekutu Dalam Nama-Nya: PKJ No. 2 “Mulia, Mulia Nama-Nya”
Persekutuan Yang Mengaku Dosa: NKB No. 10 “Dari Kungkungan Malam Gelap”
Jaminan-Nya menguatkan: PKJ. No. 14 “Kunyanyikan Kasih Setia Tuhan”
Berilah yang baik: NKB. No. 197 “Besarlah Untungku”
Tembang Tekad: PKJ. No. 153 “Pakailah Seluruh Hidupmu”

ATRIBUT
Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.(*)