Pesawat itu jatuh di sekitar Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura. Korban jiwa ada ratusan penumpang dan kru pesawat

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di lokasi hilangnya pesawat Air Asia ada awan cumulonimbus (Cb). Awan itu sangat tebal mencapai 5-10 kilometer.

Sementara itu Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle mengatakan bahwa jika dari bentuknya, awan tersebut merupakan awan Cumulonimbus.

Awan Cumulonimbus yang sudah pada fase matang/mature akan memiliki dasar awan dan tinggi awan yang jelas seperti yang terjadi,” kata Ben Arther Molle.

Di dalam awan Cumulonimbus itu, kata Ben, memang terdapat muatan listrik sehingga akan mengakibatkan kilat/petir. Pada kasus tersebut kilat/petir yang terjadi merupakan jenis kilat/petir intercloud atau terjadi di dalam awan.