Tetapi dilansir dari Japan Times, penyebab utama punahnya varian Delta mungkin terkait dengan perubahan genetik virus corona Covid-19 selama reproduksi, dengan kecepatan sekitar 2 mutasi per bulan.

Ituro Inoue, seorang profesor di Institut Genetika Nasional mengatakan varian Delta di Jepang mengakumulasi terlalu banyak mutasi pada protein non-struktural yang mengoreksi kesalahan virus yang disebut nsp14. Akibatnya, virus berjuang untuk memperbaiki kesalahan tepat waktu sampai menghancurkan dirinya sendiri.

Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih banyak orang di Asia memiliki enzim pertahanan yang disebut APOBEC3A untuk menyerang virus RNA, termasuk virus corona Covid-19.

Para peneliti dari Institut Genetika Nasional dan Universitas Niigata mulai menemukan cara protein APOBEC3A memengaruhi protein nsp14. Mereka berusaha memastikan protein itu bisa menghambat aktivitas virus corona Covid-19 atau tidak.

Tim peneliti melakukan analisis data keragaman genetik untuk varian alfa dan delta dari spesimen klinis yang terinfeksi di Jepang dari Juni hingga Oktober 2021.

Mereka menemukan hubungan di antara sekuens DNA virus SARS-CoV-2 untuk menunjukkan keragaman genetik dalam diagram yang disebut jaringan haplotype. Secara umum, semakin besar jaringannya maka semakin banyak kasus positif yang disebabkannya.

Para peneliti berpikir varian Delta yang disebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS lebih dari dua kali menular ini memiliki keragaman genetik yang jauh lebih hidup.

Tapi, mereka justru menemukan fakta sebaliknya yang aneh. Jaringan haplotype hanya memiliki dua kelompok besar. Sedangkan, varian virus corona ini tidak lagi bermutasi di tengah proses perkembangan evolusionernya.

Saat peneliti melanjutkan pemeriksaan enzim koreksi kesalahan virus nsp14, mereka menemukan bahwa sebagian besar spesimen nsp14 di Jepang telah mengalami banyak perubahan genetik.

“Kami benar-benar terkejut menemukan hal ini. Varian Delta di Jepang sangat mudah menular dan menjauh dari varian virus corona lainnya,” kata Inoue.

Inoue menambahkan varian virus corona itu tidak membuat Salinan dirinya sendiri ketika mutasinya menjadi dominan atau bertumpuk. Hal inilah yang membuat varian Delta di Jepang punah atau menghilang secara misterius.